digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Rendy Prasetya Rachman
PUBLIC Alice Diniarti

Ketenagalistrikan adalah salah satu sektor inti dalam perekonomian suatu negara. Ketersediaan pasokan energi listrik yang cukup dan andal sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, industri, serta kenyamanan masyarakat. Konferensi Tingkat Tinggi Conference of the Parties (COP) ke-26 yang dilaksanakan di Glasglow, Skotlandia pada akhir tahun 2021 menghasilkan kesepakatan antara Indonesia beserta negara lainnya untuk bertahap menghentikan penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi yang dikenal dengan program Net Zero Emissions 2060. Oleh karena itu, pengembangan dan pembangunan infrastruktur pembangkit berbasis EBT merupakan salah satu program peningkatan kualitas lingkungan yang dilakukan oleh Indonesia. Berdasarkan Net Zero Emission Indonesia Road Map, porsi pembangkit EBT akan menyentuh 26,5% pada tahun 2030 dengan dominasi tenaga hidro, panas bumi, dan tenaga surya. Potensi energi hidro sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 sebesar 24,6 GW berdasarkan hasil screening atas beberapa aspek antara lain keekonomian, lingkungan termasuk status kehutanan serta aspek demand dari total potensi yang diperkirakan sebesar 95 GW. Adapun pembangkit hidro yang telah beroperasi dan sudah dimanfaatkan sebesar 5,6 GW atau baru dimanfaatkan sebesar 22,7%. Sedangkan yang masuk dalam rencana pengembangan sesuai RUPTL sebesar 10,4 GW atau sebesar 42,2%. Berdasarkan hal tersebut, pembangkit listrik berbasis tenaga air memiliki arah dan tujuan yang jelas untuk dapat tumbuh serta berkembang di Indonesia. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dilaksanakan proyek investasi pembangunan pembangkit yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara optimal potensi sumberdaya air yang ada dalam rangka menuju Net Zero Emission tahun 2060. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap pengembangan hydropower. Berdasarkan matriks SWOT, skor penilaian berada pada kuadran I dengan nilai Strength dan Opportunity yang besar, maka posisi strategi yang tepat untuk Pengembangan Hydropower di Indonesia adalah agresif. Berdasarkan analisis menggunakan metode Delphi menghasilkan 4 kriteria yang berpengaruh dalam pengembangan hydropower di Indonesia, yaitu kriteria teknis, techno-economic, perijinan & regulasi, dan sosial & lingkungan. Rekomendasi strategi pengelolaan sumberdaya air yang efektif untuk pengembangan hydropower berdasarkan perhitungan dengan metode AHP adalah Pemanfaatan Bendungan Multifungsi PUPR dengan bobot sebesar 0,445 sebagai Prioritas ke-1, Pumped Storage Hydropower dengan bobot sebesar 0,283 sebagai Prioritas ke-2, dan Renewable Based Industrial Development (REBID) dengan bobot sebesar 0,266 sebagai Prioritas ke-3.