digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alika Zahra Ustaqien
PUBLIC Open In Flip Book Ridha Pratama Rusli

Indonesia kaya akan sumber daya bijih bauksit, dengan cadangan sekitar 1.000 juta metrik ton, dan menduduki peringkat keenam secara global dalam hal cadangan bauksit dan produksi bijih. Kelimpahan ini memberikan peluang bagus bagi negara ini untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan bahan pendukung katalis berkualitas tinggi seperti gamma alumina. Namun sebagian besar alumina yang ditemukan di Indonesia masih dalam bentuk gibbsit yang tidak dapat langsung diubah menjadi gamma alumina. Oleh karena itu, gibsit yang diekstraksi dari bauksit harus melalui proses transformasi menjadi kristal boehmit sebelum dapat disintesis menjadi gamma alumina. Konversi gibsit menjadi boehmit berhasil dicapai melalui metode perlakuan hidrotermal. Berbagai kondisi pengoperasian dieksplorasi untuk menentukan kondisi pengoperasian optimal untuk memproduksi boehmit dengan kualitas yang sebanding dengan boehmit komersial. Parameter yang diteliti meliputi waktu reaksi (3, 4, 5, dan 6 jam), suhu reaksi (170, 180, 190, dan 200°C), konsentrasi HNO3 (3, 5, 7, dan 9 M), dan penambahan larutan benih boehmit komersial (0,5, 1,0, 1,5, dan 2%). Gamma alumina dan boehmit hasil sintesis menjalani karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X untuk menentukan kristalinitas dan posisi puncak. Selain itu, luas permukaan dan volume pori dianalisis menggunakan metode penyerapan nitrogen. Kondisi pengoperasian yang optimum, sehingga menghasilkan karakteristik boehmit terbaik, adalah menggunakan larutan HNO3 5 M dengan biji boehmite 1%, yang dioperasikan pada suhu 170°C selama 5 jam. Pada kondisi tersebut diperoleh rendemen sebesar 91,62% dengan luas permukaan 241 m2/g dan volume pori 0,26 cm3/g. Sampel optimal, C122, digunakan untuk mensintesis gamma alumina melalui metode sol-gel. Sampel C122 berhasil berfungsi sebagai prekursor produksi gamma alumina. Gamma alumina yang dihasilkan, diberi label GA-2, menunjukkan luas permukaan 181 m2/g dan volume pori 0,29 cm3/g.