digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - AMAR HIDAYATUL MUMIN
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Kebutuhan aluminium dunia diperkirakan akan terus meningkat, namun produksi dalam negeri hanya memenuhi sekitar 1,3 juta ton meskipun produksi bijih bauksit mencapai 32 juta ton pada tahun 2024. Hal ini menyebabkan ketergantungan pada impor untuk memenuhi sisa kebutuhan tersebut. Potensi cadangan bauksit Indonesia diperkirakan sebesar 2,8 miliar ton yang dapat dimanfaatkan lebih baik lagi melalui hilirisasi tambang bauksit. Akan tetapi pada proses metalurgi terdapat hambatan terutama saat pemisahan bijih bauksit karena beberapa mineral sulit diekstraksi, kecuali gibsit. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui jenis mineral pembawa aluminium pada laterit di Indonesia dan menentukan litologi serta morfologi yang sesuai untuk pembentukan bauksit. Penelitian dilakukan pada wilayah blok X, Kecamatan Meliau Hilir, Kabupaten Sanggau, area tersebut milik PT Aneka Tambang Tbk., UBP Bauksit Tayan. Secara geografis, area penelitian ini terletak sekitar 120 km ke arah timur dari Kota Pontianak. Jenis mineral yang ada pada endapan laterit bauksit dapat diketahui melalui metode eksplorasi. Metode tersebut di antaranya adalah pemetaan geologi, pemetaan geomorfologi, pemetaan laterisasi, analisis petrografi, deskripsi sampel, analisis mineralogi, serta analisis mineralisasi batuan. Analisis mineralogi dilakukan melalui metode Analytical Spectral Devices (ASD) dan X-Ray Diffraction (XRD). Penelitian ini menggunakan data primer yang terdiri dari 40 sampel batuan, 52 sampel bauksit dan 582 sampel latosol. Pada area penelitian terdapat empat satuan geomorfologi yaitu Dataran Rawa dan Aluvial, Perbukitan Bergelombang Intrusi, Perbukitan Bergelombang Terjal Intrusi, serta Perbukitan Terjal Malihan. Secara geologi terdapat tujuh satuan yaitu Metasedimen, Diorit, Granit, Tonalit, Diorit Hornblenda, Gabro, dan Endapan Aluvial. Morfologi perbukitan bergelombang dengan litologi diorit memiliki derajat laterisasi tinggi dengan gibsit yang dominan. Mineralisasi pada bauksit menghasilkan gibsit, hematit, gutit, haloisit dan kaolinit. Sedangkan pada latosol terdapat gutit, gibsit, muskovit, paragonit, dan kaolinit.