Polivinil klorida (PVC) memiliki potensi yang strategis untuk dikembangkan di Indonesia
karena aplikasinya sangat luas dan kapasitas produksi yang cukup tinggi. Walaupun
banyak manfaat yang dapat diambil, PVC mudah terdegradasi oleh panas yang
mengakibatkan perubahan sifat-sifat polimer. Oleh karena itu, stabiliser termal
diperlukan pada PVC untuk mengatasi degradasi pada pemrosesannya. Stabiliser
konvensional terbuat dari bahan berbasis timbal. Namun, isu lingkungan mengakibatkan
timbal mulai diganti dengan timah organik yang lebih ramah lingkungan, salah satunya
dari kelompok merkaptida. Stabiliser dari kelompok merkaptida diproduksi secara dua
tahap, yaitu sintesis merkaptoetil karboksilat dan sintesis metil timah merkapto
karboksilat sulfida. Reaksi sintesis merkaptoetil karboksilat merupakan reaksi esterifikasi
antara merkaptoetanol dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang umum digunakan
berasal dari pohon pinus. Namun, ketersediaannya semakin terbatas akibat dari kerusakan
lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain dari bahan nonpangan agar tidak
bersaing dengan industri pangan yang ada sekarang. Salah satu alternatif asam lemak
bebas yang dapat digunakan berasal dari minyak biji kapuk. Indonesia sempat menjadi
produsen terbesar buah kapuk. Namun, terjadi penurunan angka ekspor disebabkan petani
kapuk tidak lagi melihat potensi tanaman kapuk. Pemanfaatan asam lemak dari biji kapuk
dapat meningkatkan kembali value dari tanaman kapuk. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyintesis merkaptoetil karboksilat dari asam lemak biji kapuk, mengetahui dan
membandingkan karakteristiknya, serta mengetahui kondisi operasi yang optimum.
Penelitian didasarkan pada percobaan di Laboratorium Rekayasa Produk Industri Proses.
Variasi percobaan yang dilakukan adalah konsentrasi katalis, ekses merkaptoetanol, dan
temperatur. Kinerja sintesis dievaluasi melalui pengukuran angka asam, kadar SH, persen
perolehan, dan transparansi. Angka asam dan transparansi pada seluruh variasi memiliki
pengaruh yang signifikan. Sedangkan untuk kadar SH dan persen perolehan, variasi
konsentrasi katalis dan ekses merkaptoetanol memiliki pengaruh yang signifikan. Namun,
pada variasi temperatur 70oC dan 80oC tidak memiliki perbedaan secara berarti. Kondisi
operasi optimum yang diperoleh dari penelitian ini adalah konsentrasi katalis 3%, ekses
merkaptoetanol 10%, dan temperatur 80oC.