digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Jehan Habi Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kejadian gempa bumi yang memicu pergerakan tanah dilokasi Pelabuhan telah mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur Pelabuhan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kerentanan pada infrastruktur Pelabuhan (Seaport) akibat gempa bumi cukup tinggi. Dengan kinerja struktur yang buruk, telah mengakibatkan terganggunya operasional Pelabuhan yang berdampak pada kerugian finansial dan ekonomi suatu wilayah. Tidak sedikit pembangunan dan pengembangan suatu Pelabuhan dilakukan pada lokasi dekat dengan sesar (nearfault) karena pertimbangan terletak pada kawasan strategis nasional, ijin penggunaan lahan dan kepemilikan lahan yang tersedia. Pada situs dekat sesar (near-fault), karakteristik pergerakan tanah akibat gempa sangat didominasi oleh long period velocity pulse dan permanent ground displacement yang menyebabkan gaya atau displacement demand pada struktur lebih besar dibandingkan dengan situs yang lokasinya jauh dari sesar (far-field). Sehingga demand gaya gempa nearfault akan memberikan dampak kerusakan yang sangat signifikan. Pada proses desain seismik berdasarkan pendekatan preskriptif (code based), alat Ship to Shore Crane (STS) biasanya hanya ditinjau sebagai tambahan massa pada struktur sehingga menghasilkan demand gaya gempa yang cukup besar dan memungkinkan desain yang konservatif. Menurut Jaradat, dkk. (2013), dengan memperhitungkan wharf-crane interaction dalam analisis dapat memberikan reduksi demand gaya gempa pada struktur Dermaga karena alat Crane akan berperan sebagai auxiliary mass dampers. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kerentanan (seismic fragility assessment) dan kinerja seismik pada struktur Dermaga Container eksisting tipe piles-deck system yang berada di dekat sesar Palu Koro. Evaluasi struktur dilakukan dengan memperhitungkan interaksi antara struktur Dermaga dengan alat Container Crane (wharf-crane interaction). Untuk mengetahui kerentanan dan kinerja struktur Dermaga eksisting terhadap gempa near-fault, dilakukan analisis nonlinier time history analysis (NLTHA) dengan menyertakan wharf-crane interaction untuk melihat pengaruh dan kontribusi alat Crane terhadap karakteristik response dinamik struktur Dermaga secara komprehensif. Prosedur incremental dynamic analysis (IDA) diterapkan sebagai basis untuk mengestimasi analytical collapse fragility function. Dimana parameter global drift ditinjau sebagai engineering demand parameter (EDP) pada level sistem dan momen rotasi pada level komponen. Dari kurva incremental dynamic analysis (IDA) dan collapse fragility function yang dihasilkan, diketahui bahwa level kinerja yang dicapai oleh struktur Dermaga eksisting adalah Repaireable (Damage State II, PIANC 2001) dengan kemungkinan kegagalan/ kerusakan struktur pada intensitas gempa maksimum tertarget (MCER) yaitu gempa dengan periode ulang 2500 tahun adalah 5.51% lebih besar dari nilai structural fragility berdasarkan standard yaitu 1% yang mengindikasikan bahwa tingkat kerentanan struktur Dermaga eksisting dilokasi near-fault cukup tinggi. Berdasarkan nilai collapse margin ratio (RCM) sebesar 3.99, menunjukan bahwa struktur Dermaga eksisting mempunyai cadangan kekuatan untuk mengantisipasi demand gaya gempa sampai dengan intensity measure (PGA) 2.65g. Dengan demikian dapat mengkonfirmasi bahwa struktur Dermaga yang didesain mengikuti ketentuan preskriptif memberikan kinerja struktur yang baik untuk mengantisipasi eksitasi akibat gempa near-fault.