BAB 1 Indah Suryani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Indah Suryani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Indah Suryani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Indah Suryani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Indah Suryani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Indah Suryani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia memiliki cadangan pasir besi yang lebih besar dibandingkan dengan
bijih besi primer. Pengolahan pasir besi hingga konsentrat sudah dilakukan di
Indonesia. Pembangunan pabrik pengolahan konsentrat pasir besi menjadi produk
besi spon atau pig iron sesuai dengan Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014
sedang dilakukan baik menggunakan teknologi rotary kiln, RHF (rotary hearth
furnace) maupun smelting reduction (HISmelt). Reduksi konsentrat pasir besi
untuk memisahkan besi logam dari oksida titanium dapat dilakukan dengan
mengacu pada paten Sasabe tahun 1965 (US paten 3,218,152). Teknik yang
disarankan oleh Sasabe adalah teknik gradien temperatur yaitu pelet konsentrat
pasir besi dipanaskan secara gradual dari temperatur kamar hingga 1350-1500°C.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode isotermal - gradien
temperatur.
Pada tugas akhir ini diteliti penggunaan metode isotermal - gradien temperatur
serta efek penambahan bahan imbuh Na2CO3 pada produk besi spon. Penelitian
dimulai dengan karakterisasi bahan baku konsentrat pasir besi menggunakan uji
XRD dan XRF. Konsentrat pasir besi kemudian diaglomerasi menjadi pelet
dengan penambahan 2% bentonit dan Na2CO3. Penambahan Na2CO3 divariasikan
dari 1% hingga 5%. Pelet dikeringkan selama 24 jam dan dilanjutkan dengan
proses reduksi menggunakan reduktor bed batubara. Proses reduksi dilakukan
pada isotermal 980oC selama 30 menit dilanjutkan dengan temperatur gradien
menuju temperatur akhir 1180oC, 1230oC, 1280oC, 1330oC, dan 1380oC selama 1
jam. Pada temperatur akhir ditahan selama 10 menit. Produk reduksi konsentrat
pasir besi setelah itu dianalisis menggunakan analisis kimia dengan metode titrasi
dan X-ray mapping.
Produk besi spon hasil dari metode isotermal - gradien temperatur menunjukkan
terjadinya pengurangan volume, terdapat lubang pada bagian tengah dari produk
pada temperatur ?1330oC dan pemisahan antara besi dengan unsur pengotor
terutama titanium. Hasil X-ray mapping menunjukkan bahwa titanium cenderung
berada pada bagian dalam dari besi spon. Hal yang sama juga didapatkan dari
penentuan %Fe metal dengan metode titrasi dimana di bagian luar dari besi spon
memiliki %Fe metal lebih besar dibandingkan dengan bagian dalam. Volume
akhir dari besi spon mengalami penyusutan rata-rata sebesar 26,68% dengan
penyusutan tertinggi sebesar 43,18% pada penambahan 4% Na2CO3 dan
temperatur akhir 1380oC. Penambahan Na2CO3 berefek pada peningkatan
%metalisasi. Nilai %Fe metal tertinggi pada penambahan 5% Na2CO3 yang
sebesar 73,54% dan %Fe total 83,22% pada bagian permukaan besi spon.