digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dwi Rahayu Purwanti
PUBLIC Alice Diniarti

Proyek infrastruktur kereta PT.X Fase 2 merupakan proyek strategis nasional. Proyek ini merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi masalah kemacetan lalu lintas yang luar biasa di ibu kota. Pembangunan Fase 2 sudah dimulai sejak tahun 2020 sampai dengan estimasi selesai proyek pada tahun 2029 untuk Fase 2A. Perkembangan pada tahap konstruksi pada Fase 2A untuk Contract Package (CP) 201 sebesar 61.77%. Biaya pelaksanaan dan konstruksi yang lebih rumit dari Fase sebelumnya menjadi bagian dari tantangan proses konstruksi PT.X Fase 2. Area proyek PT.X adalah pusat kota dimana banyak terdapat ruang publik, bangunan pemerintahan, dan lokasi-lokasi pusat keramaian. Pada area tersebut terdapat banyak utilitas bangunan yang perlu direlokasi. Pada lokasi proyek CP 201 terdapat area cagar budaya. Risikorisiko tersebut dapat memicu keterlambatan progress proyek, namun risiko-risiko masa konstruksi tersebut dapat diminimalisir atau dimitigasi dengan menggunakan manajemen risiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko-risiko kritis pada tahap konstruksi dan menyusun pengendalian risiko untuk mengantisipasi risiko yang terjadi. Risiko masa konstruksi yang ditinjau pada penelitian ini berdasarkan aspek waktu dan biaya. Pada penelitian aspek biaya tidak mengkaji pengaruh risiko terhadap finansial proyek. Metode manajemen risiko yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan dilanjutkan dengan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui peringkat risiko yang ditinjau, selanjutnya peringkat level risiko tinggi dilakukan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan metode sintetis fuzzy yang digunakan untuk menganalisis lebih tajam level risiko tinggi sekaligus mengidentifikasi critical risks. Pada penelitian ini, metode sintetis fuzzy berkontribusi untuk mendapatkan penilaian lebih detail kepada persepsi sebenarnya dari responden, memungkinkan untuk suatu analisis sebenarnya yang lebih nyata sehingga memberikan keputusan yang lebih nyata dari objek kajian yang ditinjau. Hasil analisis kualitatif didapat level risiko tinggi adalah variabel risiko permasalahan pembebasan lahan (R19), permasalahan area konstruksi yang melewati objek cagar budaya (R1), permasalahan technical interface (R4), perubahan desain bangunan saat konstruksi (R6), isi dokumen kontrak multitafsir (R11), dan manajemen konstruksi bermasalah (R8). Hasil analisis kuantitatif fuzzy didapat critical risk berupa variabel risiko permasalahan pembebasan lahan (R19), permasalahan area konstruksi yang melewati objek cagar budaya (R1), dan permasalahan technical interface (R4). Hasil analisis tersebut kemudian dilakukan validasi pakar menunjukkan ketiga item critical risk merupakan risiko yang sampai sekarang masih terjadi. Pembebasan lahan masih terus berlangsung hingga saat ini karena masih terdapat masalah sengketa lahan. Permasalahan area konstruksi pada awal proyek karena terdapat objek cagar budaya (OCB) yang sebelumnya tidak terdeteksi secara detail begitu juga dengan permasalahan technical interface berupa koordinasi antar instansi terkait perizinan, pembebasan lahan, perbedaan standar acuan kontrak, termasuk di dalamnya penemuan OCB. Dampak dari risiko – risiko tersebut terutama risiko kritis adalah keterlambatan progress proyek yang memicu dampak penambahan biaya dan waktu pada pekerjaan. Solusi dari risiko-risiko kritis tersebut adalah dimitigasi agar mengurangi dampak kejadian risiko untuk tidak terulang kembali. Upaya mitigasi pada risiko kritis pembebasan lahan diantaranya melakukan sosialisasi mengenai rencana pembangunan proyek dan pendampingan kepada Dinas terkait. Upaya mitigasi terhadap variabel kritis permasalahan pada area konstruksi yang melewati objek cagar budaya (OCB) dengan melakukan pendataan awal area konstruksi dan cagar budaya sebelum konstruksi dilaksanakan, melakukan survei geofisika dan tes pit untuk mengetahui keberadaan cagar budaya. Sementara upaya mitigasi terhadap ciritical risk permasalahan technical interface dilakukan dengan melakukan rapat bersama dan join inspection bersama dengan beberapa stakeholder. Upaya mitigasi sudah dilakukan PT.X dan akan terus dilakukan pembaharuan kembali. Upaya mitigasi diberikan juga melalui pendapat pakar agar risiko-risiko terutama critical risk dapat diminimalisir dampaknya.