Pemetaan zona jenuh air dan tak jenuh air sangat penting mengingat pentingnya air bagi
kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Sifat fisis batuan, densitas dan resistivitas, dapat
dimanfaatkan untuk studi pemodelan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan
batas zona jenuh air (akuifer) dan zona tak jenuh air di Cisarua, Lembang, dengan melakukan dua
metode inversi geofisika, yaitu metode gravitasi dan metode geolistrik, secara berurutan. Model
inversi yang diterima merupakan model terbaik yang memenuhi parameter fisis batuan antara nilai
batas minimum dan maksimum, baik inversi gravitasi maupun inversi geolistrik, serta model
konseptual sistem air tanah. Sifat fisis batuan antara dua batas nilai sebagai model awal dari kedua
inversi, memungkinkan terbentuknya proses inversi untuk menghasilkan model yang mendekati
model konseptual sistem air tanah dan informasi geologi daerah tersebut. Dengan demikian
mekanisme penggabungan kedua metode geofisika inversi ini dapat mengurangi ambiguitas
model. Hasil inversi menunjukkan ketebalan akuifer rata-rata 20 meter dengan kontras densitas
antara -0,3 dan 0,15 gr/cc dan resistivitas kurang dari 60 ohm meter. Zona tak jenuh air (vadose
zone) terdapat dengan ketebalan rata-rata 5-10 meter pada jarak 0 – 240 m dan ketebalan 20 meter
pada jarak 250 – 550 m. Zona vadose ini memiliki nilai kontras densitas berkisar antara -0,8 hingga
-0,3 gr/cc dan resistivitas antara 60 - 300 ohm meter. Dengan demikian, mekanisme ini dapat
digunakan sebagai ide awal untuk pengembangan inversi gabungan dua metode atau lebih.