Perubahan iklim telah lama menjadi perhatian global karena dampak
luas yang ditimbulkannya terhadap lingkungan, termasuk kesehatan manusia.
Seiring dengan jumlah kematian akibat "dampak kesehatan yang dipahami dengan
baik dari perubahan iklim" terus meningkat, ada kebutuhan mendesak untuk data
empiris yang membuktikan faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap
kondisi kesehatan mental seseorang akibat efek panas perkotaan akibat perubahan
iklim. Meskipun studi sebelumnya telah menunjukkan dalam pengukuran
bagaimana posisi sosioekonomi dapat mempengaruhi kerentanan terhadap
morbiditas yang terkait dengan panas, sebagai salah satu manifestasi perubahan
iklim, dengan kesehatan mental adalah rumit dan kompleks. Oleh karena itu,
faktor-faktor lain, seperti persepsi risiko, masih bisa memainkan peran dalam
hubungan tersebut. Penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor tersebut dan
menguji interaksi antara faktor demografis, persepsi risiko perubahan iklim yang
didorong oleh panas perkotaan, kesejahteraan mental, dan kinerja tugas individu.
Analisis menyoroti bagaimana pendapatan bulanan yang lebih tinggi berkorelasi
dengan indikator kesejahteraan mental yang ditingkatkan dan kinerja tugas
individu, menyoroti pengaruh status sosioekonomi terhadap persepsi risiko panas
perkotaan dan kesejahteraan mental. Selain itu, kesejahteraan mental yang lebih
tinggi terkait dengan peningkatan kinerja, dan demografi sosial muncul sebagai
prediktor kunci dari persepsi risiko, yang kemudian memengaruhi kesejahteraan
mental dan kinerja tugas individu. Temuan ini memberikan wawasan dalam
memahami dinamika kompleks dampak perubahan iklim perkotaan terhadap
kesejahteraan mental dan produktivitas.