Penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta keberadaan rembesan minyak bumi di
Desa Batu Ke’de, Kecamatan Masalle, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi
Selatan. Berdasarkan peneliti terdahulu, rembesan minyak bumi tersebut berkaitan
dengan batuan sedimen kaya organik Formasi Toraja berumur Paleogen. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis potensi pembentukan hidrokarbon dengan
mengidentifikasi karakteristik material organik dan hubungan antara biomarka
rembesan minyak bumi dan batuan sumber hidrokarbon, serta pemodelan kinetika
pirolisis batuan sumber Formasi Toraja.
Ruang lingkup penelitian ini adalah rembesan minyak bumi dan batuan sedimen
kaya organik Formasi Toraja yang menyebar dari bagian selatan Kabupaten
Enrekang hingga bagian utara Kabupaten Toraja Utara dengan metoda analisis
geokimia organik, petrologi organik, palinologi, dan pemodelan kinetika pirolisis
batuan sumber. Hipotesis yang ingin dibuktikan adalah bahwa karakter rembesan
minyak bumi di daerah penelitian berkaitan dengan karakter batuan tertentu pada
Formasi Toraja. Adapun kebaruan pada penelitian ini adalah secara komprehensif
memadukan metode analisis geokimia organik, petrologi organik, palinologi, serta
pemodelan kinetika untuk daerah penelitian. Perpaduan metode analisis tersebut
dapat saling melengkapi hasil analisis satu sama lain.
Kandungan karbon organik total sampel batulempung bervariasi antara 0,03 hingga
4,52% massa dan tergolong buruk hingga sangat baik. Batulempung tersebut
bersifat belum matang hingga lewat matang dengan gabungan kerogen Tipe II dan
III. Nilai reflektan vitrinit pada batulempung berkisar antara 0,47 – 4,52% Ro.
Sampel batulempung yang dianalisis mewakili Formasi Toraja dan batuan sumber
rembesan minyak bumi mempunyai lingkungan pengendapan serupa pada
pengendapan laut delta dengan kondisi oksidasi tinggi. Sumber material organik
untuk sampel batuan dan minyak bumi didominasi oleh input terestrial. Minyak
bumi tersebut diduga berasal dari batuan sumber Paleogen, yang umurnya
berkorelasi dengan Formasi Toraja.
Palinomorf yang ditemukan dari sampel batuan yang dipelajari menunjukkan umur
Eosen akhir hingga Oligosen dengan pengaruh terestrial yang kuat pada lingkungan
pengendapan laut dangkal. Analisis biomarka menunjukkan bahwa sampel batuan
memiliki kontribusi tumbuhan tingkat tinggi terrigenous yang lebih besar,
sedangkan sampel minyak bumi menunjukkan tingkat pengaruh laut yang lebih
tinggi. Tingkat kematangannya juga berbeda antara sampel batuan sumber yang
menghasilkan minyak bumi (puncak matang) dan sampel batuan yang dianalisis
(belum matang).
Parameter kinetika pirolisis batuan sumber Formasi Toraja memperlihatkan
distribusi energi aktivasi dengan nilai dominan kisaran 100 dan 99 kJ/mol dengan
faktor frekuensi 7,23 E+9 dan 4,04 E+9 /detik. Model distribusi energi aktivasi
memperlihatkan karakteristik gabungan kerogen Tipe II dan Tipe III dengan
rendahnya heterogenitas material asal pada lingkungan pengendapan transisi
dengan pengaruh laut yang cukup dominan.
Dapat disimpulkan bahwa batuan sumber rembesan minyak bumi setara dengan
sampel batuan yang dianalisis namun dalam keadaan lebih matang, karena
diendapkan pada kondisi yang lebih dalam dan lebih mengalami pengaruh laut.
Batuan sumber rembesan minyak bumi tidak tersingkap dan terletak di bagian
cekungan yang lebih dalam, terendapkan pada fasies laut yang lebih dalam (fasies
distal delta front dan fasies prodelta), sementara sampel batuan yang dianalisis
terendapkan pada fasies delta plain.