PT Pertamina Hulu Mahakam adalah perusahaan minyak nasional Indonesia yang memproduksi dan mengoperasikan lapangan gas dan minyak di Mahakam, Wilayah Kalimantan Timur. Lapangan ini mencakup area delta rawa hingga area lepas pantai. Pada tahun 2022, perusahaan mengoperasikan 5 rig pengeboran, yang terdiri dari 3 Rig Jack Up dan 2 Rig Swamp Barge. Rig pengeboran digunakan untuk melakukan kegiatan konstruksi sumur untuk sumur pengembangan dan eksplorasi, mulai dari tajak, pengeboran, hingga penyelesaian sumur. Bergantung pada jenis sumur, setiap sumur dapat diselesaikan dalam rentang waktu 5 hingga 40 hari dengan biaya sekitar 2 juta USD hingga 20 juta USD.
Operasi di rig pengeboran memiliki profil risiko tinggi. Oprasi ini melibatkan penanganan berbagai peralatan, bahaya tersandung, operasi pengangkatan, objek bergerak, objek jatuh, sistem daya, sistem rotasi, tekanan tinggi, dan operasi simultan. Sistem Kesehatan dan keselamatan kerja, kampanye, inisiatif, dan system management diterapkan di lokasi rig untuk menjaga kru rig agar terhindar dari kecelakaan. Rig kru bekerja secara remote dengan jadwal rotasi 2 minggu masuk dan 2 minggu libur. Expatriate memiliki jadwal 4 minggu bekerja dan 4 minggu libur. Kru di lokasi rig berasal dari berbagai latar belakang, kewarganegaraan, dan posisi.
Meskipun inisiatif keselamanta kerja sudah diterapkan di rig, namun kecelakaan masih terjadi. Ada 6 insiden di Rig Pengeboran dalam operasi PT PHM pada tahun 2022 dengan 4 kasus recordable (2 kasus perawatan medis dan 2 kasus hari kerja terbatas) dan 2 kasus pertolongan pertama. Ini adalah tahun di mana jumlah kecelakaan tertinggi terjadi, melebihi batasan 1 insiden per tahun untuk departemen pengeboran. Insiden ini melibatkan cedera serius pada tangan dan kaki. Menurut analisa, penyebab akar kecelakaan, 75% disebabkan oleh faktor manusia, seperti kualifikasi yang tidak memadai, pelaksanaan kerja yang tergesagesa, dan pengambilan jalan pintas.
Kinerja keselamatan kerja yang rendah juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika terjadi kecelakaan, akan terjadi kehilangan produktivitas, jam kerja, biaya medis, administrasi, dan waktu investigasi yang ditetapkan. Operasi harus dihentikan dan dievaluasi kembali sebelum melanjutkan pekerjaan.
Karena faktor paling umum dari kecelakaan adalah faktor manusia, maka untuk memahami bagaimana inisiatif keselamantan kerja dilakukan dan diimplementasikan oleh orang di rig, penelitian ini menggunakan teori perilaku terencana. Teori ini dapat membantu untuk memahami dan memprediksi mengapa individu membuat keputusan mengenai perilaku keamanan yang terdiri dari faktor sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Hasil dari analisa ini dapat memberi gambaran perilaku utama yang dapat diimplementasikan dalam kampanye inisiatif kesalamatan kerja untuk dapat menghindari kecelakaan di rig.
Penelitian ini mengambil sampel wawancara (17 orang) dan kuesioner (595) dari personel di rig, yang merupakan pelaku inisiatif keamanan langsung di lapangan, dengan menggunakan pengukuran langsung dan tidak langsung pada variabel teori perilaku terencana. Baik perhitungan manual maupun PLS (Partial Least Square) digunakan untuk menganalisis data. Pada analisa PLS, penulis membandingkan secara independen hasil antara: Pengukuran Langsung (A), Keyakinan (B), dan Keyakinan dikali Kekuatan (B x C).
Dari hasil tersebut, dapat diamati bahwa variabel teori perilaku terencana, yaitu sikap, norma subjective dan control perilaku, terbukti memiliki pengaruh pada niat dan perilaku keselamatan kerja. Pada hasil descriptive (perhitungan manual), ditemukan bahwa pengukuran control perilaku memiliki score yang paling rendah. Hal ini berdasarkan hasil kuesioner yang meskipun para pekerja melakukan inisiatif keselamatan kerja, mereka memiliki control yang rendah ketika terjadi kecelakaan.
Pada hasil hipotesis, model B x C memiliki hasil terbaik dari uji reliabilitas data, namun terlihat bahwa sikap tidak memiliki efek pada niat perilaku keamanan. Temuan ini terkait dengan jawaban pekerja mengenai tingkat kekhawatiran pada keselamatan rig kru di mana seharusnya tidak diinginkan, namun jawabannya lebih kepada diinginkan. Bagian ini dapat diteliti lebih lanjut untuk melihat bagaimana pandangan pekerja rig terhadap kekhawatiran.
Hasil penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi untuk perusahaan agar fokus pada inisiatif keselamatan kerja terkait dengan norma subjektif dan kontrol perilaku di lokasi pengeboran rig yang dapat meningkatkan perilaku pekerja untuk memaksimalkan implementasi inisiatif keselamatan kerja guna menghindari kecelakaan kerja.