BAB 1 Rizki Nuriyansyah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Rizki Nuriyansyah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Rizki Nuriyansyah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Rizki Nuriyansyah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Rizki Nuriyansyah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Rizki Nuriyansyah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Sebanyak 70% sumber bijih timah dunia berasal dari deposit sekunder. Cadangan
yang menurun setiap tahunnya mengakibatkan gencarnya eksplorasi dan
eksploitasi deposit timah primer, contohnya di wilayah Batubesi, Pulau Belitung,
yang memiliki beragam zona deposit, salah satunya oxide. Grinding merupakan
proses penting dalam reduksi ukuran bijih hingga ukuran optimumnya agar
mineral berharga dapat terliberasi. Optimasi proses wet grinding dapat dilakukan
dengan peningkatan mill throughput melalui penambahan persen solid slurry.
Pada penelitian ini, dikaji pengaruh persen solid dan reagen viscosity modifier
dalam beragam pH terhadap viskositas dan ukuran P80 produkta grinding.
Preparasi bijih timah dilakukan sebelumnya melalui beberapa proses, antara lain
pengeringan di suhu ???????????????? selama 3 hari, analisis ayak, crushing bijih berukuran
+3#, desliming partikel 400#, homogenisasi produkta crusher dengan bijih,
pemercontohan, dan karakterisasi awal x-ray diffraction (XRD) serta x-ray
fluorescence (XRF). Setelah itu, sampel digerus menggunakan ball mill dengan
berbagai variasi persen solid, yaitu 50%, 60%, 75%, dan 85%. Untuk percobaan
variasi pH, ditetapkan persen solid slurry sebesar 75% dan penambahan reagen
viscosity modifier PAA berupa reagen Flosperse 1000 sebanyak 400 gpt pada
beragam pH, meliputi 6, 8, dan 10. Peningkatan pH slurry dari 6 menjadi 8 dan 10
dilakukan melalui pencapuran NaOH 1 M ke dalam slurry. Tiap sampel pada
aneka variasi percobaan digerus di berbagai waktu, yakni 2, 5, 10, 15, 20, 30, 40,
60, dan 80 menit. Sampel digerus dengan kecepatan putaran 80% dari kecepatan
kritisnya senilai 81,96 rpm. Produkta grinding diukur viskositasnya menggunakan
rheometer Brookfield D-III sebelum diayak. Setelah diayak, berat produkta pada
tiap fraksi ukuran diukur dan data analisis ayak yang diperoleh dialurkan melalui
kurva direct plot distribusi ukuran partikel. Dari kurva tersebut, dapat ditentukan
ukuran P80 produkta.
Melalui penelitian ini, diketahui bahwa ukuran P80 produkta menurun selama
pertambahan waktu grinding, tetapi viskositasnya meningkat. Pada percobaan
variasi persen solid, semakin tinggi persen solid slurry, semakin tinggi pula
viskositas dan ukuran P80 produkta pada tiap waktu grinding. Ketika proses
grinding 75% solid ditambahkan reagen viscosity modifier tanpa perubahan pH
slurry (tetap pada rentang 6), terjadi penurunan viskositas dan ukuran P80
produkta grinding. Sementara itu, peningkatan pH slurry sebesar 8 dan 10 pada
grinding dengan penambahan reagen viscosity modifier menyebabkan viskositas
dan ukuran P80 produkta relatif menurun dibandingkan slurry pada pH 6.