digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Abdullah Rayhan Eden
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Abdullah Rayhan Eden
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Abdullah Rayhan Eden
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Abdullah Rayhan Eden
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Abdullah Rayhan Eden
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Abdullah Rayhan Eden
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Bijih nikel limonit merupakan salah satu sumber utama nikel dengan potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti mixed hydroxide precipitate (MHP) dan nikel sulfat. Proses grinding merupakan tahap penting dalam pengolahan bijih nikel limonit karena meningkatkan efisiensi proses pelindian bertekanan. Proses grinding adalah proses yang membutuhkan konsumsi energi yang sangat tinggi sehingga perlu diupayakan untuk dapat menurunkan konsumsi energi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan grinding aid (GA) anorganik berupa CaCl?, CaO, dan NaCl terhadap distribusi ukuran partikel hasil grinding serta laju pengendapan (settling rate) slurry. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji interaksi antara dosis GA dengan parameter operasional grinding, seperti persen padatan dan durasi grinding. Preparasi sampel dilakukan dengan pemisahan fraksi kasar dan halus dari bijih nikel limonit asal Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Proses grinding basah menggunakan ball mill dilakukan pada kecepatan 92 rpm, durasi 6 menit, dan persen padatan 60%, dengan variasi jenis grinding aid (GA) anorganik yaitu CaCl?, CaO, dan NaCl pada dosis 1000 dan 2000 gpt. Hasil grinding dianalisis menggunakan particle size analyzer berbasis difraksi laser untuk menentukan distribusi ukuran partikel. Slurry hasil grinding dicampur dengan fraksi halus hasil desliming dan diencerkan hingga persen padatan 4% untuk simulasi thickening, kemudian dilakukan settling test dengan penambahan flokulan PAM (poliakrilamida) pada dosis 60, 120, dan 180 gpt serta pengukuran pH slurry akhir. Selain itu, interaksi antara variasi dosis CaCl? (1000 dan 2000 gpt), durasi grinding (5 dan 6 menit), serta persen padatan (60% dan 65%) juga dikaji untuk mengevaluasi pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap distribusi ukuran partikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa penambahan GA, proses grinding menghasilkan P80 sebesar 38,96 ?m dengan span ukuran partikel 4,59. Penambahan CaCl? pada dosis 1000 gpt memberikan hasil terbaik, yaitu penurunan P80 menjadi 32,83 ?m dan span menjadi 4,28. Semua jenis GA mempengaruhi pH slurry akhir, namun nilainya tetap berada dalam rentang kerja flokulan PAM. Penambahan CaO menghasilkan laju pengendapan tertinggi, yaitu 93,24 meter/jam, diikuti oleh CaCl? dan NaCl, yang menunjukkan kontribusi ion Ca²? dalam mempercepat koagulasi partikel pada slurry. Pada durasi grinding yang lebih singkat, efektivitas GA dalam menurunkan ukuran partikel dan meningkatkan homogenitas lebih optimal. Pada persen padatan yang lebih rendah, efektivitas GA dalam menurunkan ukuran partikel relatif signifikan. Sementara itu, pada persen padatan yang lebih tinggi, efektivitas GA dalam meningkatkan homogenitas, juga cukup signifikan.