Pada tanggal 28 September tahun 2018 telah terjadi bencana gempa bumi di Provinsi Sulawesi Tengah, kejadian ini mengakibatkan terjadinya tsunami, liquifaksi dan tanah longsor di beberapa lokasi di Sulawesi Tengah. Salah satu lokasi terjadi tanah longsor adalah di bagian hulu Sungai Namo yang merupakan anak Sungai Palu.
Akibat tanah longsor tersebut mengakibatkan masuknya material longsoran berupa tanah dan bebatuan ke dalam aliran sungai dan terbawa aliran sungai sehingga menyebabkan sedimentasi di bagian hilir Sungai Namo sehingga saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, daya tampung sungai tidak dapat menampung debit air. Air yang bercampur sisa longsoran berupa lumpur dan batuan menyebabkan banjir debris yang menimbulkan kerusakan pada daerah yang dilewatinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektifitas bangunan sabo dam terhadap aliran debris di Sungai Namo. Pemodelan numerik aliran debris menggunakan Software HEC-RAS 2D untuk mensimulasikan aliran debris kondisi sungai tanpa sabo dam, kondisi rencana desain awal dan kondisi desain akhir. Simulasi aliran debris mengacu pada debit banjir dengan kala ulang Q2, Q5, Q10, Q25, Q50 dan Q100.
Berdasarkan hasil pemodelan didapatkan hasil jika sungai tanpa sabo dam terjadi erosi sebesar 70.520 m3 sampai dengan 113.498 m3, sedangkan jika dilaksanakan penanganan sesuai desain awal maka terjadi erosi sebesar 19.596 m3 sampai dengan 26.931 m3, kemudian jika dilaksanakan penanganan sesuai desain akhir sungai mengalami sedimentasi sebesar 7.321 m3 sampai dengan 16.320 m3.
Dengan ini dapat ditarik kesimpulan adanya peningkatan efektifitas pengendalian alian debris jika dilaksanakan sesuai desain akhir sebesar 49% sampai dengan 60% jika dibandingkan dengan rencana desain awal.