Hepatitis C adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis C. Hingga saat ini, belum ada vaksin yang mampu mencegah dan
mengobati infeksi hepatitis C secara spesifik. Di sisi lain, penemuan obat baru dari
berbagai sumber termasuk tanaman terus dikembangkan secara intensif. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah mempelajari interaksi 50 senyawa pada virus
hepatitis C dan prediksi toksisitasnya dengan menggunakan metode in silico,
kemudian senyawa terpilih dilanjutkan ke uji anti-hepatitis C secara in vitro dan uji
toksisitas akut pada embrio ikan zebra.
Tahap pertama, dilakukan penambatan molekul antara ligan atau senyawa dengan
protein target menggunakan Autodock Tools®
kemudian divisualisasikan dengan
BIOVIA Discovery Studio®
. Energi ikatan bebas pada kompleks ligan atau
senyawa dengan protein dan residu asam amino pada kompleks kemudian
divisualisasikan dan dievaluasi. Hasil penambatan molekul masing-masing
senyawa dilanjutkan dengan uji simulasi dinamika molekul menggunakan
Gromacs®
selama 200 ns dan dianalisis beberapa parameter-parameter pada
simulasi dinamika molekul seperti RMSD, RMSF, RDF, SASA, Radius of
Gyration, ikatan hidrogen dan energi ikatan bebas kompleks menggunakan
perhitungan MMPBSA dan MMGBSA. Prediksi toksisitas dilakukan secara in
silico dengan menggunakan software Toxtree®
dan Vega®
sedangkan prediksi
profil farmakokinetika senyawa seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi
dan toksisitas (ADMET) dilakukan menggunakan pkCSM®
.
Pada penambatan molekul protein target terpilih yaitu protein 3FQL dan 5E4F
karena seluruh senyawa menghasilkan energi ikatan bebas terendah pada protein
3FQL atau 5E4F. Senyawa beta-sitosterol memiliki energi ikatan bebas terendah
dengan nilai -10,87 kkal/mol pada protein 3FQL dan senyawa hesperidin memiliki
energi ikatan terendah dengan nilai -10,88 kkal/mol pada protein 5E4F. Pada
visualisasi residu asam amino, senyawa yang menghasilkan % kesamaan residu
iii
asam amino dengan residu asam amino kompleks ligan alami-protein 3FQL
terbanyak adalah senyawa alfa-mangostin dan nobiletin dengan nilai % kesamaan
residu asam amino sebesar 78,57%. Senyawa yang menghasilkan % kesamaan
residu asam amino dengan residu kompleks ligan alami-protein 5E4F terbanyak
adalah kuersitrin dengan nilai % kesamaan residu asam amino sebesar 60%.
Pengujian secara dinamika molekul menunjukkan senyawa yang menghasilkan
nilai energi ikatan bebas terendah pada protein 3FQL adalah senyawa mitraginin
dengan nilai energi ikatan bebas sebesar -47,63 kkal/mol pada perhitungan
MMPBSA dan -64,43 kkal/mol pada perhitungan MMGBSA. Sementara itu
senyawa yang menghasilkan nilai energi ikatan bebas terendah pada protein 5E4F
adalah senyawa hesperidin dengan nilai energi ikatan bebas sebesar -32,93 kkal/mol
pada perhitungan MMPBSA dan -45,36 kkal/mol pada perhitungan MMGBSA.
Nilai rata-rata RMSD yang dihasilkan < 2,50 Å baik pada protein 3FQL maupun
5E4F. Nilai rata-rata RMSF yang dihasilkan < 1,50 Å. Nilai rata-rata SASA yang
dihasilkan pada protein 3FQL berada pada rentang nilai 238,09 – 245,92 nm2
dan
nilai rata-rata SASA yang dihasilkan pada protein 5E4F berada pada rentang
189,17 – 196,17 nm2
. Pada analisis RDF, nilai rata-rata RDF pada protein 3FQL
berada pada rentang nilai 4,24 – 4,55 g(r) dan nilai rata-rata RDF pada protein 5E4F
berada pada rentang nilai 2,11 – 4,55 g(r). Nilai rata-rata radius of gyration yang
dihasilkan berada pada rentang 2,40 – 2,44 nm dan nilai rata-rata radius of gyration
yang dihasilkan pada protein 5E4F berada pada rentang nilai 2,27 – 2,32 nm.
Berdasarkan hasil analisis prediksi toksisitas secara in silico, beberapa senyawa
yang diprediksi aman berdasarkan perangkat lunak Toxtree®
yaitu senyawa asam
ferulat, asam rosmarinat, asam siringat, bakuciol, kapsaisin, sinamaldehid,
sitronelol, dan trans-anetol. Berdasarkan prediksi toksisitas menggunakan
perangkat lunak Vega®
tox didapatkan hasil senyawa asam ferulat,
asam klorogenat, asam rosmarinat, asam siringat, sitronelol dan eugenol diprediksi
memiliki toksisitas lebih aman dibandingkan senyawa lain. Pada prediksi toksisitas
menggunakan perangkat lunak Vega®
ecotox, senyawa sinamaldehid, eukaliptol
dan alliin diprediksi memiliki toksisitas lebih aman dibandingkan senyawa lain
pada algae, daphnia dan ikan. Berdasarkan hasil analisis ADMET menggunakan
pkCSM®
, pada prediksi parameter absorpsi didapatkan hasil seluruh senyawa
diprediksi memiliki absorpsi yang baik pada intestinal manusia karena memiliki
nilai absorpsi > 30%. Pada parameter distribusi, beberapa senyawa seperti
beta-sitosterol, sinamaldehid, sitronelol, eukaliptol, kariofilen oksida, mitraginin,
trans-anetol, stigmasterol, timokuinon, bakuciol, dan eugenol diprediksi dapat
menembus sawar darah otak. Pada prediksi metabolisme, senyawa mitraginin
diprediksi sebagai inhibitor bagi CYP2D6. Pada prediksi ekskresi diprediksi semua
senyawa dapat diekskresikan oleh tubuh manusia. Pada prediksi toksisitas,
beberapa senyawa yang diprediksi bersifat toksik pada hati adalah senyawa
iv
mitraginin, kapsaisin, piperin, umbeliferon dan obat anti-hepatitis C seperti
dasabuvir, sofosbuvir dan simeprevir.
Berdasarkan hasil uji anti-hepatitis C secara in vitro pada sel Huh7 didapatkan hasil
bahwa senyawa alfa-mangostin dan piperin menunjukkan aktivitas anti-hepatitis C
dengan IC50 masing-masing sebesar 2,70 ± 0,92 µM dan 52,18 ± 3,20 µM.
Berdasarkan hasil pengujian toksisitas akut pada embrio ikan zebra didapatkan hasil
LC50 atau LD50 senyawa alfa-mangostin, beta-sitosterol, piperin, hesperidin,
nikotiflorin dan kuersitrin masing-masing sebesar 28,024; 316,045; 19,29; 162,42;
154,43; 165,10 ppm. Hasil uji sitotoksisitas pada sel Huh7 menunjukkan senyawa
alfa-mangostin pada rentang konsentrasi 6,25 - 25 µM, senyawa piperin pada
rentang konsentrasi 15,62 - 125 µM dan senyawa sofosbuvir pada rentang
konsentrasi 0,015 - 1 µM menghasilkan % viabilitas sel di atas 80%.
Berdasarkan keterkaitan antar hasil penelitian secara in silico dan in vitro maka
dapat disimpulkan bahwa senyawa alfa-mangostin paling berpotensi untuk
dikembangkan sebagai anti-hepatitis C.