digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Nanomaterial berbasis karbon yakni carbon dots (CDs) semakin banyak diteliti penggunaannya dalam bidang kesehatan. Sintesa CDs dari bahan alami telah banyak dikembangkan, terutama dari limbah alam (biowaste) karena harganya yang murah, ketersediaannya banyak, ramah lingkungan, gugus fungsional yang bervariasi serta biokompatibilitas yang baik. Sintesis CDs bertujuan untuk meningkatkan efektifitas terapi dan menurunkan toksisitas dari suatu bahan baku. Kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) mengandung flavonoid dan fenol lebih banyak dibandingkan jenis pisang lainnya. Flavonoid memiliki aktivitas dalam menghambat pembentukan sitokin proinflamasi sehingga efektif sebagai antiinflamasi. Pada penelitian ini kulit pisang telah disintesis menjadi CDs dengan menggunakan metode pirolisis (P-CDs) dan hidrotermal (H-CDs). Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi kedua CDs, kemudian mengkaji toksisitas akut dan subkroniknya, pengujian bioimaging dan efektivitasnya sebagai agen antiinflamasi. Pada metode pirolisis, juice kulit pisang dimasukkan ke dalam furnace pada suhu 300 ? C selama 30 menit hingga terbentuk serbuk CDs. Sedangkan pada metode hidrotermal, juice kulit pisang dimasukkan ke dalam teflon lined kemudian dimasukkan dalam autoklaf suhu 135 ? C selama 24 jam. Larutan CDs kemudian dikeringkan menggunakan vacuum freeze dryer hingga diperoleh serbuk CDs. CDs dikarakterisasi fisikokimia meliputi morfologi dan ukuran partikel, muatan permukaan, sifat optikal, dan analisa gugus fungsi. CDs diuji toksisitas akut dan pengujian bioimaging menggunakan model hewan zebrafish dengan metode perendaman dengan berbagai konsentrasi larutan 125, 250, 500, 1000 dan 2000 ?g/mL. CDs juga diuji toksisitas akut dengan dosis 2000 mg/kgBB dan subkroniknya dengan dosis 1000 mg/kgBB pada model hewan tikus wistar. Setelah itu CDs diuji efektivitas anti-inflamasinya menggunakan metode induksi karagenan. Penelitian ini memiliki kebaruan penggunaan jenis bahan baku pisang kepok yang belum pernah dilaporkan, serta data toksisitas akut dan subkronik pada rute pemberian oral. P-CDs memiliki karakteristik serbuk hitam dengan ukuran partikel 1,8 ?0,4 nm dan muatan -49,8 ± 1,01 mV, sedangkan H-CDs berbentuk serbuk higroskopis hitam kecoklatan dengan ukuran partikel 5,4 ?1,3 nm dan muatan -22,7 ?0,67 mV. Panjang gelombang emisi dari P-CDs 441 nm dan H-CDs 471 nm dengan sifat fotoluminesensi excitation dependent emission. CDs kulit pisang pada konsentrasi 1000 dan 2000 ?g/mL menunjukkan penghambatan pada penetasan telur zebrafish dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang kurang dari 100% selama 120 jam pengamatan. Nilai LC50 dari P-CDs 1703,6 ?g/mL dan H-CDs 993 ?g/mL keduanya tergolong dalam klasifikasi tidak berbahaya pada hewan zebrafish. CDs terakumulasi pada mata, kantung kuning telur, usus, dan ekor zebrafish. Evaluasi toksisitas akut CDs pada dosis tunggal 2000 mg/kgBB pada tikus tidak menunjukkan adanya tanda toksisitas (kategori 5), sedangkan pada toksisitas subkronik dengan dosis berulang 1000 mg/kgBB menunjukkan tanda toksisitas berupa perubahan berat badan, indeks organ, parameter biokimia klinis dan histologi organ hati dan ginjal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CDs kulit pisang tidak toksik secara akut dan memiliki toksisitas yang rendah secara subkronik. CDs kulit pisang efektif memiliki aktivitas anti-inflamasi baik sebagai moda preventif dan kuratif. P-CDs lebih efektif sebagai moda preventif dengan dosis 25mg/kgBB dibandingkan H-CDs dan obat standar ibuprofen. CDs kulit pisang berpotensi sebagai bahan aktif terapi anti-inflamasi, untuk itu perlu diteliti lebih lanjut farmakokinetiknya agar diperoleh data yang komprehensif sebagai bahan obat yang aman dan efektif.