digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

18317033 Vegi Faturrahman.pdf
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan

Kasus COVID-19 merupakan penyakit menular yang terjadi mulai 2020 dan menyebabkan berbagai dampak negatif dan mengubah tatanan kehidupan sosial di masyarakat, khususnya pada proses belajar mengajar (PBM) di suatu wilayah kampus. Usaha pencegahan dilakukan untuk mengurangi penyebaran dan penambahan kasus COVID-19, khususnya dengan memanfaatkan kegiatan vaksinasi dan penegakan aturan pembatasan pergerakan. Penggunaan vaksin akan meningkatkan kekebalan di dalam tubuh seseorang sehingga dapat terhindar dari penularan penyakit. Efektivitas vaksin yang dihasilkan harus diperhatikan agar kasus penularan COVID-19 dapat dikontrol. Selain itu, penegakan aturan pembatasan pergerakan dilakukan untuk memungkinkan PBM tetap terjadi, namun tidak menghasilkan dampak negatif pada kesehatan. Pemodelan dapat membantu mengidentifikasi penyebaran COVID-19 yang terjadi setelah pemanfaatan vaksin dan penegakan aturan. Pemodelan memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah pemodelan berbasis agen. Pemodelan berbasis agen akan memberikan gambaran pola perilaku subjek yang ada di sebuah sistem setelah diberikan tindakan tertentu pada sistem tersebut. Data spasial dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran lokasi yang nyata saat pemodelan dilakukan. Pada penelitian ini, akan dilakukan pemrediksian dampak dari penggunaan vaksin dan penegakan aturan terhadap penyebaran COVID-19 dengan menggunakan pemodelan spasial berbasis agen. Berdasarkan hasil pengujian, saat populasi di suatu wilayah diberikan vaksin sebesar 50%, 80%, dan 100% secara berurutan dengan efikasi 75%, maka akan mengurangi puncak kasus positif sebesar 8.39%, 19.98%, dan 21.44% jika dibandingkan dengan tanpa vaksin dan aturan. Untuk memberikan hasil yang lebih maksimal, perlu diberikan vaksin dengan efikasi semaksimal mungkin, salah satunya dengan efikasi 95% pada populasi yang divaksin 100% akan mengurangi puncak kasus positif sebesar 76.19%. Selain itu, pemberlakuan aturan pembatasan di suatu wilayah dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memperlambat penyebaran kasus penyakit menular, seperti pergeseran puncak kedua hingga 14 hari jika dibandingkan dengan tanpa vaksin dan aturan.