digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Elan Narisa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Di masa kini, semakin bermunculan organisasi-organisasi yang mengadopsi cara kerja agile, sebagai upaya untuk tetap relevan dengan perubahan kebutuhan pasar yang cepat. Perubahan yang cepat di berbagai aspek antara lain manusia, proses dan teknologi pada organisasi agile memerlukan manajemen pengetahuan yang tepat. Oleh karena itu, sangat penting untuk menilai tahap kematangan Manajemen Pengetahuan organisasi agile untuk mengidentifikasi permasalahan pada Manajemen Pengetahuan, menemukan akar penyebab permasalahan, dan mengembangkan rencana aksi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini menganalisis tingkat kematangan Manjaemen Pengetahuan pada PT Langit Bintang, PT Langit Bintang merupakan perusahaan teknologi yang menerapkan cara kerja agile dan berbasis di 3 negara yaitu Indonesia, Singapura, dan India. Telah dilakukan tinjauan literatur berdasarkan literatur yang tersedia di database akademik seperti ProQuest, IEEE, Academia dan database tugas akhir ITB untuk menemukan metode penilaian yang paling sesuai untuk kematangan Manajemen Pengetahuan dengan kata kunci “KM maturity”, “KM assessment”, dan KM model”. Ada banyak penelitian yang mengangkat mengenai model penilaian kematangan Manajemen Pengetahuan. Setelah mengkaji berbagai model penilaian, penulis mempertimbangkan 3 model berbeda untuk digunakan dalam penelitian ini, yaitu APQC (American Productivity & Quality Center), GKMMM (General Knowledge Management Maturity Model) dan KM3 (Knowledge Maturity Model) di PBC (Project Based Company). Persamaan APQC dan GKMMM ini iv adalah sama-sama membagi tingkat kematangan menjadi 5 tahap, sedangkan KM3 dalam PBC membaginya menjadi 7 tahap. Perbedaan antara KM3 di PBC dengan APQC dan GKMMM adalah APQC dan GKMMM mendefinisikan area-area utama yang mempengaruhi kematangan Manajemen Pengetahuan dalam organisasi, sedangkan KM3 di PBC tidak mendefinisikan area-area utama tersebut. Namun, KM3 di PBC merupakan penelitian terbaru dan pertanyaan penilaiannya lebih terperinci dan teknis dibandingkan dengan APQC dan GKMMM. Penulis berpendapat bahwa pertanyaan penilaian yang diajukan KM3 di PBC adalah model yang paling tepat untuk menilai kematangan Manajemen Pengetahuan PT Langit Bintang, dikarenakan kesamaan antara organisasi berbasis proyek dan organisasi berbasis agile dalam hal struktur organisasi. Metodologi penelitian dan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggabungkan metodologi kualitatif dan kuantitatif. Kuantitatif dengan melakukan survei kepada seluruh karyawan di PT Langit Bintang dan kualitatif dengan melakukan analisis 5 Why RCA dan TOWS dengan cara mendefinisikan penyebab permasalahan Manajemen Pengetahuan di PT Langit Bintang. Penelitian ini menggunakan kombinasi kualitatif dan kuantitatif karena penulis menilai penilaian kematangan Manajemen Pengetahuan akan lebih objektif dengan menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penelitian kualitatif diperlukan untuk mendefinisikan permasalahan dan tindakan yang diperlukan untuk perbaikan. Penelitian ini membantu PT Langit Bintang untuk mengidentifikasi tingkat kematangan Manajemen Pengetahuan saat ini dan tantangannya. Juga menawarkan rekomendasi untuk perbaikan di masa depan. Penelitian ini dapat menjadi titik awal untuk penelitian berskala lebih besar di masa depan khususnya untuk mempelajari perilaku Manajemen Pengetahuan dalam organisasi agile