Daerah penelitian terletak di lereng utara Gunung Welirang, Kecamatan Pacet dan
Trawas. Daerah ini merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang dikelola
oleh pihak Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soeryo dan di dalamnya terdapat
Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Arjuno-Welirang. WKP tersebut tumpang
tindih dengan lahan peruntukan hutan lindung, produksi, dan konservasi. Hutanhutan ini diduga sebagai area resapan bagi mata air-mata air yang dimanfaatkan
warga untuk keperluan air bersih dan pariwisata.
Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi hidrogeologi, khususnya
mendelineasi area resapan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
kondisi geologi, analisis hidrogeokimia mata air, dan analisis potensi area resapan.
Analisis kondisi geologi dan hidrogeokimia mata air digunakan untuk mengetahui
kondisi geologi pengontrol sistem hidrogeologi, khususnya area resapan. Area
resapan didelineasi berdasarkan observasi lapangan dan analisis GIS-AHP. Analisis
GIS-AHP mengintegrasikan lima kriteria yaitu, litologi, tutupan lahan, densitas
kelurusan, densitas drainase, dan kemiringan lereng. Kelima kriteria tersebut dinilai
mengontrol potensi resapan di daerah penelitian.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis, kondisi geologi utama yang
mengontrol hidrogeologi di daerah penelitian adalah litologi dan struktur geologi.
Keluaran mata air berasal dari pola aliran air tanah lokal yang mengalami interaksi
air-batuan minim dan jarak mata air yang dekat dengan area resapannya.
Pembobotan menggunakan metode AHP menghasilkan persen bobot kriteria
litologi (31%), tutupan lahan (12%), densitas kelurusan (23%), densitas drainase
(13%), dan kemiringan lereng (21%). Hasil delineasi area resapan menggunakan
metode GIS-AHP menghasilkan empat klasifikasi dengan persen luas areanya,
yaitu sangat rendah (5%), rendah (47%), tinggi (40%), dan sangat tinggi (8%). Area
dengan potensi resapan yang tinggi dikontrol litologi dengan laju infiltrasi tinggi
seperti tuf dan breksi tuf, daerah dengan keberadaan rekahan dan kekar yang
intensif sebagai jalur masuknya air, dan morfologi yang relatif landai (0°-8°) yang
mendukung waktu retensi air hujan. Pengembangan area WKP disarankan
difokuskan pada area di sekitar pusat erupsi Gunung Welirang maupun area di
sekitar mata air panas Padusan dikarenakan memiliki persebaran nilai potensi
resapan sangat rendah-rendah yang dominan.