Kesehatan jiwa menjadi isu penting di Indonesia, dengan prevalensi depresi yang meningkat dan
dampaknya yang signifikan terhadap produktivitas dan kesejahteraan individu. Namun penanganan
depresi yang ada dinilai masih belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang berpusat
pada pasien seperti self-management dalam penanganan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran awal mengenai pandangan pasien terhadap self-management sebagai terapi
suportif depresi. Penelitian yang dilakukan pada Juni hingga Juli 2023 pada pasien rawat jalan di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dilakukan dengan metode potong lintang dan dianalisis secara deskriptif.
Instrumen kuesioner yang digunakan merupakan adaptasi dari penelitian terdahulu dan diuji validitas
dan reliabilitasnya. Analisa pada 33 responden menunjukkan bahwa penanganan depresi dengan
upaya aktif dan dengan bantuan profesional (3,65) dan perawatan diri yang aktif, terstruktur, dan
terencana (3,63) dinilai sangat penting. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan dalam strategi mencari tahu prasangka orang lain terhadap pasien dan kondisi depresi
(p = 0,012) dan mendapatkan bantuan profesional saat mengkonsumsi obat (p = 0,009). Juga
perbedaan yang signifikan berdasarkan pengonsumsian obat golongan benzodiazepin dalam
menggunakan perawatan yang cocok (p = 0,009), bangun dari tidur (p = 0,015), dan mandi pagi (p =
0,031). Namun, hasil analisis tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara usia responden
dengan persepsi mereka terhadap strategi tertentu (p > 0,05). Penelitian ini memberikan kontribusi
awal dalam pengembangan pendekatan yang berpusat pada pasien dalam penanganan depresi di
Indonesia.