Permasalahan pengelolaan sampah menjadi sangat serius di perkotaan akibat
kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi,
sehingga pengelolaan sampah sering diprioritaskan penanganannya di daerah
perkotaan. Akibat dari meningkatnya jumlah permasalahan pengelolaan sampah
maka dibutuhkan Konsep pengelolaan sampah yang terintegrasi dengan
peningkatan ekonomi dimaksudkan untuk mencapai keberlanjutan dalam
pengelolaan sampah yaitu dengan menggunakan pendekatan ekonomi sirkular.
Suatu kota yang menerapkan konsep ekonomi sirkular dinamakan konsep
Circular City. Konsep Circular City dapat diwujudkan apabila suatu daerah dapat
memenuhi indikator Circular Economy yang telah disusun pada tahun 2020 oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam The
OECD Inventory Of Circular Economy Indicators. Indikator – indikator tersebut
merupakan acuan yang digunakan untuk mempersiapkan suatu daerah menjadi
Circular City. Oleh karena itu Indikator Circular Economy juga dapat disebut
indikator Circular City. Disamping indikator Circular City yang telah dibentuk,
terdapat indikator penilaian kinerja pengelolaan yaitu Indikator Zero Waste Index
(ZWI) dan Wasteaware. Berdasarkan penyesuaian Indikator Circular Economy
menurut OECD dengan Indikator ZWI dan Wasteaware dapat disimpulkan bahwa
Indikator ZWI dan Wasteaware sesuai dengan Indikator Circular Economy
menurut OECD berdasarkan sektor pengelolaan sampah yang berarti dari kedua
indikator tersebut dapat membangun Indikator Circular City. Adapun indikator
yang perlu diperhatikan dalam peningkatan strategi pengelolaan sampah adalah
efektivitas pembersihan jalan, tingkat kendali pengelolaan dan pembuangan
sampah, tingkat daur ulang, pemilahan sampah kering dari sumber, nilai ZWI,
kerjasama komunitas dan / atau sektor informal dengan pemerintah, hak untuk
didengar, Local Cost Recovery (dari rumah tangga), dan efisiensi dari pembangkit
dan penggunaan energi.