ABSTRAK Hazel Fahrezi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu jenis hutan yang berada di kawasan
tropis intertidal yang dalam kondisi kontemporer sangat dipengaruhi oleh faktor
fisika-kimia perairan dan sejarah biogeografi di tempatnya berada. Salah satu
organisme yang dapat digunakan untuk melihat dampak sejarah kawasan terhadap
distribusi organisme di hutan bakau adalah Gastropoda, anggota Filum Moluska
yang umum ditemukan di bawah naungan tegakan dan semak hutan bakau.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan komposisi komunitas Gastropoda pada
hutan bakau yang berada di sisi wilayah pesisir pantai bagian barat Pulau Jawa yang
memiliki sejarah biogeografi berbeda. Metode penelitian yang dilakukan adalah
pencuplikan menggunakan transek sabuk yang terbagi menjadi 6 plot 1 m × 1 m
berjarak 4 m antarplot. Transek diulang sebanyak 2 hingga 3 kali di setiap stasiun
dalam kawasan hutan bakau yang terkena siklus pasang surut. Pencuplikan per
lokasi dilakukan di dua lokasi di pantai utara (Muara Gembong-Bekasi (MRGB)
dan Karangsong-Indramayu (KRSG)), serta tiga lokasi di pantai selatan (Batu
Karas-Pangandaran (BTKR), Segara Anakan-Cilacap (SGNK), dan Sancang-Garut
(SCNG)). Data fisika-kimia yang diambil dari transek berupa temperatur air,
oksigen terlarut air, pH air, salinitas, dan jenis tanah. Hasil data Gastropoda
dianalisis untuk: (1) menentukan keragaman komunitas Gastropoda melalui
pemodelan rarefaction dari tiga parameter Nilai Hill untuk kekayaan spesies (q=0),
eksponen entropi Shannon (q=1), dan inversi indeks Simpson (q=2); (2)
membandingkan kemiripan komunitas Gastropoda antarlokasi melalui metode
hierarchical clustering dan nonmetric multidimensional scaling (NMDS)
menggunakan indeks Bray-Curtis; dan (3) penentuan biogeographic break pada
pola distribusi spesies Gastropoda. Berdasarkan data transek, ditemukan 8.206
individu Gastropoda dari 37 morfospesies yang tersebar dalam 10 famili di kelima
lokasi hutan bakau yang divisualisasikan dalam bentuk heat map; dengan delapan
morfospesies ditemukan beririsan di pantai utara dan pantai selatan. Data hasil
rarefaction pencuplikan transek mencapai nilai stabil spesies untuk lokasi MRGB,
BTKR, SGNK, dan SCNG, tetapi belum stabil untuk KRSG (hanya ditemukan 15
spesies dari total 22 spesies yang diperkirakan). Lokasi SGNK memiliki keragaman
tertinggi berdasarkan dua Nilai Hill (17 untuk q = 0 dan 11,93 untuk q = 1).
Sementara itu, lokasi BTKR memiliki kerapatan individu total tertinggi dengan
kerapatan mencapai 43,44 individu/m2. Terdapat kemiripan komunitas Gastropoda
hutan bakau yang mengelompok menjadi tiga klaster utama yang menggambarkan
klaster: (1) Sancang; (2) pantai utara (MRGB dan KRSG), dan (3) sistem laguna
pantai selatan (BTKR-SGNK). Pemisahan Sancang dari kedua klaster lainnya
diduga terjadi akibat kondisinya yang unik akibat isolasi dari sistem muara, serta
letaknya di pesisir yang tidak terlindungi formasi laguna. Secara garis besar, dapat
disimpulkan bahwa komposisi komunitas Gastropoda dari lokasi hutan bakau di
Pulau Jawa tidak hanya ditentukan oleh sejarah biogeografi kawasan dalam jangka
panjang (sistem utara-selatan), tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat sedimentasi
yang terikat dengan kompleksitas ekologis lokal.