digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kondisi laut di Indonesia saat ini terancam akan adanya sampah laut dan polutan akibat aktivitas manusia. Akibatnya ekosistem di pesisir seperti mangrove yang memiliki banyak manfaat menjadi terancam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran sampah spasial laut dan membandingkan pola kelimpahannya dengan parameter kualitas air laut di sekitar ekosistem mangrove pesisir Kabupaten Brebes. Sampah spasial laut yang diteliti berupa sampah berukuran makro dan meso dan sampel air laut dilakukan pengukuran secara langsung untuk mendapatkan nilai parameter fisis serta uji laboratorium untuk melihat kandungan nutrien. Ada 4 titik pengambilan sampel dengan kondisi berbeda yaitu konservasi mangrove, muara sungai, pantai tak terjamah, dan pantai wisata. Penelitian ini dilakukan selama 3 musim yakni musim peralihan II (November), musim barat (Februari), terakhir musim peralihan I (Mei). Sampel air laut yang diambil akan diawetkan dengan H2SO4 dan seminggu kemudian dilakukan pengujian nutrien di Laboratorium MTCRC. Sampel sampah laut akan diolah sesuai dengan Pedoman Pemantauan Sampah Laut oleh KLHK tahun 2020. Hasilnya jenis sampah yang dominan adalah sampah plastik (PL) dengan persentase 38 – 80% di semua titik dan setiap musim. Sampah tertinggi mencapai 173 buah di kawasan pantai tak terjamah. 3 lokasi pengambilan sampel memiliki fluktuasi yang berbeda-beda. Sampah di area pantai wisata, konservasi mangrove, dan muara sungai dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata. Sampah jenis makro lebih dominan dibandingkan meso dengan berat/m2 mencapai 164,84 g/m2. Parameter oseanografi tidak terlalu berpengaruh pada kelimpahan sampah dikarenakan sumber sampah dominan dari aktivitas manusia. Lalu, kualitas air laut baik parameter fisik dan nutrien dengan menggunakan indeks pencemaran dari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, semua titik dalam 3 musim tergolong ke dalam tercemar ringan, dengan rentang nilai 1,159 – 5,006. Analisis keterkaitan spasial menunjukkan bahwa fluktuasi kelimpahan sampah dan Indeks Pencemaran memiliki pola yang bervariasi di setiap titik dan musim. Disimpulkan bahwa kelimpahan makro dan mesoplastik tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan indeks pencemaran suatu perairan.