Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi karakteristik
campuran AC-WC dengan kandungan material Reclaimed Asphalt Pavement
(RAP) menggunakan peremaja Bioaspal Tandan Kelapa Sawit, kandungan material
Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) menggunakan peremaja Bioaspal Tandan
Kelapa Sawit terhadap Modulus Resilien dengan alat UMATTA, dan kandungan
material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) menggunakan peremaja Bioaspal
Tandan Kelapa Sawit terhadap Kelelahan (Fatigue) dengan metode pengujian
kelelahan beban tarik tidak langsung (Indirect Tensile Fatigue Test) dengan alat
Dynamic Testing System.
Aspal yang digunakan dalam penelitian adalah Pen 60/70. Aspal tersebut perlu diuji
sifat dasarnya. Gradasi agregat yang digunakan untuk campuran beraspal yaitu
gradasi asphalt concrete wearing course (AC-WC) berdasarkan Spesifikasi Umum
Bina Marga 2018 Revisi 2. Penelitian ini menggunakan tiga campuran variasi
campuran laston lapis aus (AC-WC) dengan komposisi RAP 15%, 20%, dan 25%
terhadap berat total campuran serta penambahan Bioaspal 23% terhadap berat aspal
RAP sebagai peremaja dan campuran laston lapis aus (AC-WC) dengan komposisi
100 % material baru sebagai kontrol campuran. Kadar Aspal Optimum (KAO)
dengan melakukan pengujian marshall untuk mendapatkan hasil dari pengujian
stabilitas, flow, dan Marshall Quotient, serta volumetrik campuran berupa Rongga
diantara Mineral Agregat (VMA), Rongga dalam Campuran (VIM) dan Rongga
Terisi Aspal (VFA). Selanjutnya dilakukan pengujian lanjutan yang terdiri dari
pengujian modulus resilien dengan metode Indirect Tensile Test menggunakan alat
Universal Material Apparatus (UMATTA) yang mengacu pada AASHTO TP-31
dan ASTM D 4132-82 digunakan variasi suhu 25°C dan 45°C dan pengujian
kelelahan (fatigue) yang dilakukan menggunakan Metode Indirect Tensile Fatigue
Test pada temperatur 25°C dengan tiga tingkatan regangan cara pembebanan
controlled stress sebesar 250 KPa, 300 KPa dan 400 Kpa berdasarkan seluruh
pengujian dilaksanakan dengan berpedoman pada BS EN 12697-24:3.23.
Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) pada campuran AC–WC menggunakan
campuran RAP yang tinggi mengakibatkan kebutuhan aspal baru yang semakin sedikit, hal tersebut disebabkan kandungaan aspal pada RAP. Nilai modulus
resilien variasi campuran pada temperatur pengujian suhu 25°C lebih besar
dibandingkan suhu 45°C menunjukan temperatur sangat mempengaruhi terhadap
sifat dan nilai modulus resilien. Selain itu, nilai modulus resilient meningkat
ketika campuran mengandung material RAP, hal tersebut disebabkan RAP dapat
meningkatkan kekakuan dan peran Bioaspal Tandan Kelapa Sawit sebagai
peremaja material aging. Pada Pengujian fatigue, Campuran RAP 25% memiliki
umur kelelahan yang lebih pendek dibandingkan campuran RAP 20%,
berdasarkan pengujian modulus resilient menunjukan campuran RAP 25%
memiliki kekakuan yang tinggi sebesar 1,29 dibandingkan campuran RAP 20%,
hal tersebut menunjukan kekakuan yang tinggi tetapi ketahanan fatigue yang
lebih rendah dibandingkan campuran RAP 20%. Hasil pengujian dilaboratorium
diambil kesimpulan bahwa campuran AC-WC mengandung RAP 20% ditambah
peremaja Bioaspal Tandan Kelapa Sawit memiliki kinerja ketahanan kelelahan
akibat beban berulang (fatigue) tertinggi.