digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan teknologi bidang Perikanan di Indonesia masih belum seimbang dengan laju kebutuhan masyarakat di bidang perikanan pangan. Selain itu Indonesia memiliki komoditas perikanan yang melimpah dengan nilai jual tinggi. Namun kendala yang dihadapi para pembudidaya adalah menciptakan lingkungan yang sesuai dengan komoditas yang akan dibudidaya, karena perbedaan suhu dan parameter lainnya di berbagai wilayah di Indonesia. Maka pembudidaya kesulitan untuk membudidaya komoditas seperti lobster air tawar, padahal nilai jualnya yang tinggi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pada penelitian ini dibuatlah prototype yang diberi nama Jalasangkuriang, namun pada produksi kedua berganti nama menjadi Artemis. Artemis berfungsi menghasilkan suhu panas yang nantinya akan dialirkan ke kolam pemijahan lobster air tawar. Upaya ini dilakukan untuk membantu serta memfasilitasi pembudidaya agar mendapatkan teknologi tepat guna yang bertujuan mendorong kemajuan pangan di sektor budidaya perikanan. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, pertama membuat dan mengimplementasikan prototype Artemis, kedua membuat sistem monitoring suhu, dan ketiga adalah melakukan pengujian analisis QoS Jaringan yang di-capture menggunakan Wireshark. Sistem monitoring terdiri dari tiga buah sensor suhu DS18B20, satu buah ESP32, satu buah SD card module, dan satu buah layar TFT. Semua data yang diperoleh dari sistem monitoring dikirim ke platform Antares menggunakan jaringan wi-fi Telkomsel orbit dengan dua protokol, yaitu MQTT dan HTTP. Hasil yang diperoleh dari implementasi prototype adalah produktivitas lobster air tawar yang meningkat, yaitu untuk rata-rata satu ekor indukan lobster kualitas super dapat menghasilkan bibit lobster 3 kali lipat atau 300%. Sistem monitoring dilakukan selama 3 bulan dalam interval perubahan setiap 3 jam. Hasil dari sistem monitoring suhu terhadap suhu yang dihasilkan prototype perubahannya tidak lebih dari 1°C jika tanpa prototype perubahan suhu bisa mencapai 8°C. Selanjutnya adalah hasil dari pengujian analisis QoS jaringan yang di-capture selama 1 jam dengan interval pengiriman data setiap 30 detik. Pada protokol MQTT nilai throughput sebesar 18 kbps, nilai jitter 90.96 ms, nilai delay 123.957 ms, dan nilai packet loss 0.7%. Sedangkan pada protokol HTTP nilai throughput sebesar 21 kbps, nilai jitter 96.88ms, nilai delay 148.94 ms, dan nilai packet loss 0.9%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa protokol MQTT mempunyai nilai throughput, jitter, delay, dan packet loss yang lebih baik dibandingkan protokol HTTP, tetapi selisih nilainya tidak signifikan.