Perkembangan teknologi bidang Perikanan di Indonesia masih belum seimbang dengan laju
kebutuhan masyarakat di bidang perikanan pangan. Selain itu Indonesia memiliki komoditas
perikanan yang melimpah dengan nilai jual tinggi. Namun kendala yang dihadapi para
pembudidaya adalah menciptakan lingkungan yang sesuai dengan komoditas yang akan
dibudidaya, karena perbedaan suhu dan parameter lainnya di berbagai wilayah di Indonesia.
Maka pembudidaya kesulitan untuk membudidaya komoditas seperti lobster air tawar, padahal
nilai jualnya yang tinggi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pada penelitian ini dibuatlah
prototype yang diberi nama Jalasangkuriang, namun pada produksi kedua berganti nama
menjadi Artemis. Artemis berfungsi menghasilkan suhu panas yang nantinya akan dialirkan ke
kolam pemijahan lobster air tawar. Upaya ini dilakukan untuk membantu serta memfasilitasi
pembudidaya agar mendapatkan teknologi tepat guna yang bertujuan mendorong kemajuan
pangan di sektor budidaya perikanan. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, pertama membuat
dan mengimplementasikan prototype Artemis, kedua membuat sistem monitoring suhu, dan
ketiga adalah melakukan pengujian analisis QoS Jaringan yang di-capture menggunakan
Wireshark. Sistem monitoring terdiri dari tiga buah sensor suhu DS18B20, satu buah ESP32,
satu buah SD card module, dan satu buah layar TFT. Semua data yang diperoleh dari sistem
monitoring dikirim ke platform Antares menggunakan jaringan wi-fi Telkomsel orbit dengan
dua protokol, yaitu MQTT dan HTTP. Hasil yang diperoleh dari implementasi prototype adalah
produktivitas lobster air tawar yang meningkat, yaitu untuk rata-rata satu ekor indukan lobster
kualitas super dapat menghasilkan bibit lobster 3 kali lipat atau 300%. Sistem monitoring
dilakukan selama 3 bulan dalam interval perubahan setiap 3 jam. Hasil dari sistem monitoring
suhu terhadap suhu yang dihasilkan prototype perubahannya tidak lebih dari 1°C jika tanpa
prototype perubahan suhu bisa mencapai 8°C. Selanjutnya adalah hasil dari pengujian analisis
QoS jaringan yang di-capture selama 1 jam dengan interval pengiriman data setiap 30 detik.
Pada protokol MQTT nilai throughput sebesar 18 kbps, nilai jitter 90.96 ms, nilai delay
123.957 ms, dan nilai packet loss 0.7%. Sedangkan pada protokol HTTP nilai throughput
sebesar 21 kbps, nilai jitter 96.88ms, nilai delay 148.94 ms, dan nilai packet loss 0.9%. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa protokol MQTT mempunyai nilai throughput, jitter, delay, dan
packet loss yang lebih baik dibandingkan protokol HTTP, tetapi selisih nilainya tidak
signifikan.