Percepatan transformasi digital telah mendorong evolusi Internet of Things (IoT)
menjadi paradigma Multimedia Internet of Things (M-IoT), yang ditandai dengan
ledakan volume data visual dan audio. Karakteristik data multimedia yang
berukuran masif dan memiliki sensitivitas tinggi terhadap latensi menghadirkan
tantangan fundamental dalam penjaminan Quality of Service (QoS), terutama dalam
menjaga keseimbangan dinamis antara latensi rendah, throughput tinggi, dan
efisiensi sumber daya komputasi. Untuk mengatasi keterbatasan komputasi pada
perangkat, arsitektur hibrida Edge-Cloud diadopsi secara luas. Namun, tinjauan
literatur mengungkap sebuah kesenjangan penelitian yang mendasar yaitu sebagian
besar studi yang ada cenderung menangani strategi optimasi komputasi (Task
Offloading) dan strategi optimasi jaringan (Pengiriman Data Adaptif) sebagai dua
domain masalah yang terisolasi. Pendekatan parsial ini mengabaikan
ketergantungan lintas-domain (cross-domain dependency) yang inheren dalam
sistem M-IoT, sehingga keputusan offloading menjadi tidak efektif jika jaringan
mengalami kongesti, dan sebaliknya, pengiriman data berkualitas tinggi menjadi
tidak berguna jika server tujuan mengalami kelebihan beban. Akibatnya, sistem
seringkali menghasilkan solusi sub-optimal yang bersifat reaktif dan rentan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan merancang,
mengembangkan, dan memvalidasi Kerangka Kerja JATO (Joint Adaptive Task-
offloading and Transmission Optimization). Penelitian dilakukan mengikuti
paradigma Design Science Research (DSR), dengan artefak utama berupa sebuah
mekanisme orkestrasi cerdas berbasis algoritma Deep Reinforcement Learning
(DRL), secara spesifik menggunakan arsitektur Deep Q-Network (DQN). Kebaruan
utama dari penelitian ini terletak pada kemampuan agen JATO untuk mempelajari
sebuah kebijakan terpadu (unified policy) yang mampu membuat keputusan
gabungan (joint action) secara simultan. Kebijakan ini menjawab pertanyaan "di
mana" sebuah tugas harus diproses (lokasi komputasi) dan "bagaimana" data harus
dikirimkan (resolusi pengiriman) dalam satu langkah inferensi, berdasarkan
observasi vektor keadaan (state vector) yang komprehensif mencakup kondisi
latensi jaringan, bandwidth, dan utilisasi CPU edge.
ii
Validasi penelitian dilakukan melalui dua tahap eksperimental yang rigor. Tahap
pertama melibatkan simulasi komputasional ekstensif untuk membuktikan
konvergensi algoritma dan perilaku adaptif agen. Tahap kedua melibatkan
implementasi prototipe fisik (proof-of-concept) menggunakan perangkat Gateway
berbasis Raspberry Pi untuk memverifikasi kelayakan teknis dalam kondisi dunia
nyata. Evaluasi kinerja dilakukan secara komparatif terhadap tiga kebijakan
baseline yang terdiri dari Edge-Only (strategi greedy), Cloud-Only (strategi
konservatif), dan Reactive (strategi berbasis aturan statis). Pengujian mencakup
skenario operasional normal serta uji ketahanan (stress testing) di bawah kondisi
kemacetan jaringan dan kelebihan beban komputasi.
Hasil analisis kuantitatif pada lingkungan prototipe fisik menunjukkan bahwa
Kerangka Kerja JATO mampu memberikan utilitas sistem terbaik meskipun
dihadapkan pada saturasi bandwidth fisik. JATO berhasil mempertahankan
Kualitas Layanan Rata-rata (Average Service Quality - ASQ) maksimal pada skor
8,00, jauh mengungguli kebijakan Reactive (3,01) yang mengalami degradasi
kualitas visual signifikan. Meskipun prioritas terhadap kualitas ini menghasilkan
konsekuensi pada latensi rata-rata (618,94 ms) akibat batasan fisik jaringan, JATO
terbukti paling efisien dalam manajemen sumber daya dengan menjaga utilisasi
CPU Edge tetap rendah dan menghindari kemacetan komputasi yang dialami oleh
Edge-Only. Analisis perilaku mengonfirmasi kecerdasan adaptif JATO yang secara
proaktif mengalihkan beban ke Cloud saat mendeteksi lonjakan beban komputasi
pada Edge. Puncak dari evaluasi ini adalah Penilaian Kinerja Holistik
menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW), dengan hasil JATO
meraih peringkat pertama dengan skor 0,9321, mengungguli Edge-Only (0,8994)
dan Cloud-Only (0,6000). Temuan ini secara empiris menyimpulkan bahwa
pendekatan optimasi gabungan berbasis AI memberikan solusi manajemen sumber
daya yang paling tangguh dan seimbang untuk ekosistem M-IoT.
Perpustakaan Digital ITB