Trauma dikarenakan kejadian yang mengancam dan berbahaya baik secara psikis
maupun fisik. Ada beragam penyebab trauma, salah satunya adalah trauma yang
berasal dari kekerasan yang dilakukan seseorang. Kekerasan dapat berasal dari
seseorang yang dekat, seperti dari seorang ibu, seperti yang dialami penulis. Di
Indonesia, persoalan yang terkait dengan dinamika keluarga, khususnya terkait trauma
dan kekerasan kerap menjadi hal yang tertutup dan tabu untuk dibicarakan, terutama
bagi perempuan dalam menyuarakan pengalaman traumatik tersebut. Trauma
berbekas, kekal dan terpendam serta tidak bisa disuarakan mengakibatkan depresi yang
berupa halusinasi pendengaran; memori atau kenangan masa lalu bisa hadir secara
berulang-ulang, penulis mengalami hal ini.
Karya seni sering berperan sebagai sarana untuk mengungkapkan pengalaman
traumatis dan sebagai media untuk refleksi serta merenungkan trauma tersebut. Proses
berkarya seni yang penulis lakukan dapat membantu untuk menghadapi, merenungi,
dan berdamai dengan trauma yang ada, sekaligus menjadi jalan untuk mengekspresikan
perasaan serta emosi terhadap hal-hal yang tabu melalui karya seni. Trauma yang
melekat dalam diri menjadi sumber inspirasi dan dorongan dalam berkreativitas
maupun menyuarakan hal-hal yang tabu.
Penulis mengangkat isu tabu pada Proyek Tugas Akhir dengan menggunakan
lenticular printing dari teknik optical illusion, yang memungkinkan perubahan gambar
melalui perubahan perspektif, serta memakai simbol lingkaran berwarna merah yang
menutupi wajah. Presentasi karya penulis menampilkan sebuah spectrum yang
memperlihatkan dan menggambarkan tentang memori-memori trauma yang penulis
alami dan merupakan cara yang tepat untuk mengungkapkan isu tabu.