ABSTRAK Aulia Rachma Cahyaningsih
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Kecelakaan perkeretaapian memiliki angka yang terus meningkat setiap tahunnya dengan
jumlah 156 kecelakaan pada tahun 2015 hingga 2022. Kecelakaan perkeretaapian dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor kelelahan masinis. Kelelahan masinis
dapat disebabkan oleh faktor kualitas dan kuantitas tidur, seperti fenomena durasi tidur yang
terpotong (split sleep). Masinis kereta api sering menerapkan kondisi split sleep untuk
memenuhi kebutuhan sosial, ibadah, perjalanan pulang pergi ke stasiun, dan kepentingan
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak split sleep dan durasi
mengemudi terhadap kelelahan berdasarkan perubahan gelombang electroencephalogram
(EEG), Sustained Attention Test (SAT), dan nilai kantuk subjektif Karolinska Sleepiness
Scale (KSS) saat mengendarai simulator kereta api. Terdapat 15 partisipan pria yang diminta
untuk mengemudikan simulator kereta api selama 150 menit di laboratorium setelah
menerapkan tiga kondisi tidur, yaitu split sleep, consolidated sleep, dan baseline sleep.
Kondisi split sleep memiliki dua segmen tidur terpisah, yaitu pukul 05.00-10.00 dan 12.00-
15.00. Kondisi consolidated sleep hanya memiliki satu segmen tidur, yaitu pukul 05.00-
13.00, sedangkan kondisi baseline sleep dilakukan seperti kondisi tidur normal dalam satu
segmen, yaitu pukul 21.00-05.00. Pengukuran kelelahan dengan EEG dan KSS dilakukan
pada 10 menit awal dan akhir simulasi, sedangkan pengukuran SAT dilakukan sebelum dan
sesudah simulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kelelahan antara kondisi
split sleep dibandingkan consolidated sleep dan baseline sleep. Secara spesifik, terdapat
perbedaan secara signifikan antara ketiga kondisi tidur tersebut berdasarkan rekaman sinyal
EEG, %miss SAT, dan nilai KSS. Akan tetapi, terdapat juga perbedaan yang tidak signifikan
pada parameter lainnya. Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan, kecenderungan
split sleep yang lebih memberikan kelelahan pada masinis sebaiknya menjadi perhatian lebih
oleh perusahaan karena penerapan split sleep tidak direkomendasikan. Dengan demikian,
diharapkan perusahaan dapat memastikan masinis mendapatkan pemenuhan kuantitas tidur
selama 7-8 jam dan kualitas tidur yang baik dengan menyediakan fasilitas tidur yang nyaman.