digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Kelelahan kerja pada masinis merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat menurunkan tingkat kewaspadaan dan memengaruhi pengambilan keputusan selama operasional kereta api. Kondisi ini menjadi semakin relevan dalam konteks penyesuaian kebijakan durasi dinasan hingga enam jam yang diterapkan untuk mendukung produktivitas perusahaan. Namun, dampak kebijakan tersebut terhadap kondisi fisiologis dan kognitif masinis masih belum banyak dikaji secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kelelahan masinis antara dinasan pagi dan malam dengan pendekatan kuantitatif berbasis data lapangan. Pengukuran dilakukan menggunakan beberapa instrumen, yaitu Psychomotor Vigilance Task (PVT) untuk menilai kewaspadaan melalui waktu reaksi dan respons ekstrem tertunda, Visual Analogue Scale (VAS) dan Karolinska Sleepiness Scale (KSS) untuk menilai kantuk subjektif, serta analisis durasi kedipan mata sebagai indikator fisiologis kelelahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinasan pagi dan malam layak untuk diterapkan. Mayoritas parameter pada PVT memperlihatkan adanya kenaikan atau penurunan yang ditinjau dari grafik, tetap hasil uji statistik yang dilakukan tidak menandakan adanya perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah. Namun selama dinasan berlangsung, durasi kedipan mata pada malam hari menunjukkan adanya periode kritis di mana nilai melampaui ambang batas fisiologis kelelahan.Sementara itu, pada dinasan pagi, meskipun terdapat fluktuasi, tingkat kelelahan fisiologis masih berada dalam rentang aman. Temuan ini mengindikasikan bahwa dinasan malam memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya microsleep yang berbahaya bagi keselamatan operasional. Apabila diperlukan perpanjangan durasi dinasan pada kondisi malam, PT KAI harus memperhatikan kebijakan yang dapat memitigasi kelelahan pada masinis. Oleh karena itu, perlu dirancang strategi mitigasi yang efektif seperti pengembangan Fatigue Risk Management System (FRMS) untuk membantu manajemen dalam mengendalikan risiko kelelahan masinis. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan metode subjektif pada interval waktu yang lebih sering serta penggunaan analisis parameter visiologis lain, seperti variabilitas detak jantung.