Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Andre Iskandar Sibatuara
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Kelelahan kerja pada masinis merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat
menurunkan tingkat kewaspadaan dan memengaruhi pengambilan keputusan selama
operasional kereta api. Kondisi ini menjadi semakin relevan dalam konteks penyesuaian
kebijakan durasi dinasan hingga enam jam yang diterapkan untuk mendukung produktivitas
perusahaan. Namun, dampak kebijakan tersebut terhadap kondisi fisiologis dan kognitif
masinis masih belum banyak dikaji secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perbedaan tingkat kelelahan masinis antara dinasan pagi dan malam dengan
pendekatan kuantitatif berbasis data lapangan. Pengukuran dilakukan menggunakan
beberapa instrumen, yaitu Psychomotor Vigilance Task (PVT) untuk menilai kewaspadaan
melalui waktu reaksi dan respons ekstrem tertunda, Visual Analogue Scale (VAS) dan
Karolinska Sleepiness Scale (KSS) untuk menilai kantuk subjektif, serta analisis durasi
kedipan mata sebagai indikator fisiologis kelelahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dinasan pagi dan malam layak untuk diterapkan. Mayoritas parameter pada PVT
memperlihatkan adanya kenaikan atau penurunan yang ditinjau dari grafik, tetap hasil uji
statistik yang dilakukan tidak menandakan adanya perbedaan signifikan antara sebelum dan
sesudah. Namun selama dinasan berlangsung, durasi kedipan mata pada malam hari
menunjukkan adanya periode kritis di mana nilai melampaui ambang batas fisiologis
kelelahan.Sementara itu, pada dinasan pagi, meskipun terdapat fluktuasi, tingkat kelelahan
fisiologis masih berada dalam rentang aman. Temuan ini mengindikasikan bahwa dinasan
malam memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya microsleep yang berbahaya bagi
keselamatan operasional. Apabila diperlukan perpanjangan durasi dinasan pada kondisi
malam, PT KAI harus memperhatikan kebijakan yang dapat memitigasi kelelahan pada
masinis. Oleh karena itu, perlu dirancang strategi mitigasi yang efektif seperti
pengembangan Fatigue Risk Management System (FRMS) untuk membantu manajemen
dalam mengendalikan risiko kelelahan masinis. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
penggunaan metode subjektif pada interval waktu yang lebih sering serta penggunaan
analisis parameter visiologis lain, seperti variabilitas detak jantung.
Perpustakaan Digital ITB