Keselamatan angkutan KA semakin mendapat perhatian dari PT. KA, dan mulai tahun 2007 diharapkan frekuensi terjadinya kecelakaan akan menurun secara signifikan. Sejumlah faktor telah diidentifikasi sebagai penyebab kecelakaan KA, seperti gangguan terhadap sistem sinyal, faktor manusia, dan kinerja manajemen yang buruk. Secara garis besar, keandalan operasi KA dapat dianalisis ke dalam tiga aspek, yaitu aspek teknologi, aspek manajemen dan aspek regulasi. Pengetahuan merupakan sebuah unsur yang terlibat dalam ke tiga aspek tersebut. Dengan menggunakan manajemen pengetahuan sebagai sebuah kerangka kerja analisis, pengaruh ke tiga aspek tersebut terhadap keandalan operasi dapat dikaji secara terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana pengetahuan dikelola dalam pengoperasian teknologi persinyalan KA, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pengetahuan tersebut. Lingkup penelitian dibatasi pada kegiatan pengoperasian teknologi persinyalan KA di PT. KA Daop 2 Bandung. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam pengelolaan persinyalan di Daop 2, intensitas kegiatan yang paling besar berada pada fase pemanfaatan pengetahuan, yaitu sebesar 59,1 %. Sedangkan pada fase penciptaan pengetahuan, intensitasnya sebesar 29,6 %, dan fase penyimpanan pengetahuan sebesar 10,2 %. Fase perpindahan pengetahuan paling kecil, yaitu sebesar 1,1 %. Hal ini berarti intensitas kegiatan perpindahan pengetahuan dari satu agen ke agen yang lain relatif sangat rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pengetahuan tersebut adalah : (i) ketergantungan pada sumber pendanaan, produk dan jasa dari luar negeri; (ii) ketergantungan akan barang impor yang menghambat proses penguasaan teknologi perkeretaapian mulai dari desain, manufaktur, pengujian, hingga pemeliharaan; dan (iii) kebijakan persaingan pasar yang belum kondusif bagi peningkatan mutu layanan.
Perpustakaan Digital ITB