digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Firyal Nabihah
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kina merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang menghasilkan garam kina untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, minuman penyegar, katalis, kosmetik, dan industri penyamakan sehingga menjadi bisnis prospektif dalam pasar Internasional dan domestik. PT. Sinkona Indonesia Lestari (SIL) yang merupakan produsen garam kina terbesar di Indonesia terlibat sebagai Global Value Chain nomor 2 di dunia. Dalam keberjalanan usahanya, PT. SIL menghadapi beberapa risiko usaha yang kompleks dari adanya kelangkaan bahan baku dari supplier sehingga 60% bahan bakunya import dari Afrika, masalah operasional, pemasaran, serta sumber daya manusia yang saling berkaitan sehingga berdampak pada penciptaan nilai produk di sepanjang rantai usahanya. Adanya kompleksitas risiko usaha pada sepanjang rantai nilai memerlukan sebuah strategi untuk memitigasi risiko sehingga dilakukan penelitian manajemen risiko rantai nilai usaha garam kina di PT. Sinkona Indonesia Lestari (SIL). Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas rantai nilai, jenis dan tingkat risiko, serta strategi mitigasi risiko dalam rantai nilai usaha garam kina di PT. SIL. Metode yang digunakan untuk analisis rantai nilai menggunakan kerangka ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research). Jenis dan tingkat usaha diidentifikasi dengan FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dan Risk Matrix . Penentuan prioritas strategi mitigasi dari risiko utama dilakukan dengan penilaian AHP (Analytical Hierarchy Process) melalui software Expert Choice 11. Berdasarkan kajian penelitian menunjukan bahwa aktivitas rantai nilai garam kina di PT. Sinkona Indonesia Lestari (SIL) memiliki alur proses inti yang linear-integratif dari pengadaan bahan baku berupa Kulit Kina Kering Tepung (K3T) oleh Kebun Kina Bukit Tunggul hingga ekspor garam kina oleh PT. Sinkona Indonesia Lestari dengan total 12 aktor/pelaku yang terlibat di sepanjang rantai nilai. Hubungan tata kelola pada rantai nilai usaha garam kina yaitu relasional dan pasar. Berdasarkan identifikasi risiko pada rantai nilai usaha garam kina, ditemukan 25 risiko yang terdiri atas 15 risiko cluster A yaitu pengadaan bahan baku (budidaya), 6 risiko cluster B yaitu pengolahan dan manufaktur (produksi), dan 4 risiko cluster C yaitu pemasaran dan distribusi produk. Hasil penilaian risiko dengan FMEA yang disusun dalam Risk Matrix menghasilkan 12 risiko prioritas dengan 3 kategori risiko sangat tinggi yaitu Tidak adanya matrix jangka panjang penanaman (A7), distribution cost yang tinggi (C1), dan fluktuasi dari kurs dollar (C3) dan 9 risiko kategori tinggi. Berdasarkan metode AHP diperoleh strategi untuk setiap kode risiko aktivitas rantai nilai usaha dengan nilai prioritas dari yang paling tinggi yaitu penerapan sistem multikultur (0,389) pada faktor risiko keterbatasan modal, meningkatkan interval perawatan barang (0.584) pada faktor risiko peralatan yang sudah tua, dan membuat kerjasama dengan pihak jasa pengiriman produk (0,470) pada faktor risiko distribution cost yang tinggi.