PT. MIB, perusahaan pertambangan batubara yang berlokasi di Sumatera, Indonesia, mengoperasikan infrastruktur pertambangan dengan kapasitas sebesar 18–20 juta ton per tahun. Realisasi throughput saat ini sekitar 10 juta ton per tahun, sehingga terdapat kapasitas tidak terpakai sebesar 8–10 juta ton. Kondisi ini menciptakan peluang strategis bagi perusahaan untuk menyewakan infrastruktur tersebut kepada pemegang izin usaha pertambangan (IUP) di sekitar wilayah operasi yang belum memiliki fasilitas serupa. Meskipun peluang ini cukup besar, PT MIB belum melaksanakan skema sewa infrastruktur karena kendala regulasi, ketiadaan kerangka strategi keuangan yang terstruktur, serta risiko operasional dan pasar yang belum terkelola secara optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi keuangan dan kerangka manajemen risiko yang komprehensif. Studi ini menyoroti tiga isu utama, yaitu kejelasan regulasi, kemampuan evaluasi finansial, dan mitigasi risiko. Penelitian ini mengintegrasikan pemodelan keuangan kuantitatif dengan analisis kualitatif para pemangku kepentingan. Analisis keuangan mencakup model penetapan harga berbasis biaya, Discounted Cash Flow (DCF), Simulasi Monte Carlo, analisis sensitivitas, dan analisis skenario. Identifikasi dan prioritas risiko dilakukan berdasarkan kerangka kerja ISO 31000:2018, dengan metode TOPSIS untuk mengevaluasi dan menentukan peringkat strategi mitigasi.
Analisis sensitivitas mengidentifikasi harga batubara, nilai tukar, dan harga bahan bakar sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap hasil keuangan. Melalui Simulasi Monte Carlo, skenario dasar (Base Case) menghasilkan NPV sebesar USD 173 juta dengan probabilitas 88% NPV > 0 dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 27,55%, jauh di atas WACC sebesar 13,46%. Dengan mengintegrasikan prosedur yang terstandarisasi, mekanisme penetapan harga yang dinamis, serta register risiko yang selaras dengan ISO 31000, PT MIB dapat menginstitusionalisasikan skema sewa infrastruktur sebagai strategi transformasi keuangan jangka panjang. Kerangka ini mampu mengurangi ketergantungan pada pendapatan penjualan batubara, meningkatkan pemanfaatan aset, serta memperkuat ketahanan finansial untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB