Kondisi hutan Indonesia setiap tahunnya makin memburuk, dan mengalami kerusakan
setidaknya satu persen. Jika hal ini terus terjadi, maka keberlanjutan hutan dan sumber daya
yang terkandung di dalamnya akan terancam keberlanjutannya sehingga berdampak pada
berbagai sektor, baik di Indonesia bahkan dunia. Menanggapi hal ini, Indonesia terus
melakukan upaya-upaya perbaikan, diantaranya dengan adanya skema perhutanan sosial, salah
satunya adalah hutan adat yang dikelola oleh masyarakat hukum adat. Salah satu hutan adat di
Indonesia adalah Hutan Adat Imbo Putui. Untuk melihat keberlanjutannya, maka dilakukanlah
analisis keberlanjutan hutan adat Imbo Putui. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1)
menentukan luas nilai sebaran tanaman prioritas yang dimanfaatkan, (2) mengetahui tingkat
partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan adat (3) mengkaji pola hubungan
lembaga pengelola hutan adat, (4) menilai status keberlanjutan yang mencakup dimensi
lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Penelitian dilakukan dengan metode survei
dengan menyebarkan kuesioener, observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka.
Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis dilakukan dengan
metode GIS, analisis frekuensi, dan RAP-CF (Rapid Appraisal for Customary Forest) MDS
(multidimensi scaling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tanaman prioritas yang
dimanfaatkan di HA Imbo Putui terdiri dari (a) tanaman kulim (Scorodocarpus borneensis)
yang memiliki nilai sebaran tinggi seluas 18,277 ha, (b) tanaman rotan (Calamus manan) yang
memiliki nilai sebaran tinggi dengan luas 6,764 ha, dan (c) tanaman sangai (Eleiodoxa
conferta) yang memiliki nilai sebaran tinggi dengan luas 2,77 (2) partisipasi masyarakat adat
kenegerian Petapahan tergolong cukup baik dengan persentase 60,04% (3) pola hubungan
antara LPHA dengan lembaga adat dalam pengelolaan HA Imbo Putui menunjukkan sistem
pemerintahan dan aturan adat yang diterapkan menganut sistem hukum undang diat, dikelola
langsung oleh LPHA dan didampingi oleh Lembaga adat dan kepala desa serta meletakkan
hasil keputusan tertinggi pada musyawarah mufakat (4) pengelolaan Hutan Adat Imbo Putui
berada pada kategori sedang atau cukup berkelanjutan dengan nilai indeks 70,44. Untuk
meningkatkan keberlanjutan hutan adat Imbo Putui, maka direkomendasikan beberapa startegi: mendorong budidaya tanaman yang dimanfaatkan seperti tanaman sangai (Eleiodoxa
conferta) yang disertai denga edukasi mulai dari pengolahan lahan hingga pasca panen pada
wilayah dengan potensi nilai sebaran tinggi; (2) dorongan peningkatan partisipasi masyarakat
khususnya pada aspek pelaksanaan (3) penguatan kapasitas kelembagaan melalui
pendampingan secara rutin kepada pihak pengelola hutan adat dan pemanfaat hasil hutan dari
stakeholder terkait; (4) dukungan finansial atau stimulus ekonomi dari stakeholder terkait, serta
meningkatkan nilai jual produk lokal melalui edukasi dan bimbingan kepada masyarakat
pemanfaat hasil hutan.