Kawasan Metropolitan Rebana merupakan salah satu kawasan di bagian utara Pulau Jawa mencakup pantai di 3 (tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota, yakni Kabupaten Cirebon, Subang, Indramayu, dan Kota Cirebon yang memiliki ekosistem mangrove di sepanjang pantainya. Ekosistem mangrove berfungsi untuk melindungi pantai dan tambak akibat erosi dan sebagai perangkap sedimen sehingga dapat membentuk daratan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis spasial temporal terhadap dinamika luas mangrove dalam periode 2017-2021 dan mengkaji pengaruhnya terhadap fenomena sedimentasi-erosi di Kawasan Metropolitan Rebana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan analisis indeks vegetasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan pengolahan garis pantai dengan analisis indeks Normalized Difference Water Index (NDWI) untuk selanjutnya diolah agar mendapatkan luas wilayah yang lebih dominan mengalami fenomena sedimentasi atau erosi. Data yang digunakan adalah citra Landsat 8 serta pengolahan dilakukan menggunakan Google Earth Engine dan perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis). Penelitian ini menghasilkan adanya peningkatan luas secara keseluruhan. Luas hutan mangrove meningkat dari 211,384 hektar pada tahun 2017 menjadi 212,092 hektar pada tahun 2021, dengan penambahan luas sebesar 0,708 hektar. Analisis perubahan luas hutan mangrove setiap tahunnya menunjukkan variasi, di mana tahun 2019-2020 mencatat peningkatan luas yang paling signifikan. Dalam hal perubahan garis pantai, penelitian ini menunjukkan variasi panjang garis pantai selama periode penelitian. Analisis fenomena sedimentasi dan erosi melalui pengamatan perubahan garis pantai menunjukkan kecamatan yang mengalami dominasi sedimentasi dan erosi. Sebanyak 13 kecamatan mengalami sedimentasi, sementara 12 kecamatan mengalami erosi. Dalam korelasi antara perubahan luas hutan mangrove dan perubahan garis pantai, penelitian ini menemukan adanya hubungan positif, meskipun tidak sempurna. Luas hutan mangrove yang meningkat cenderung menghasilkan fenomena sedimentasi, sementara penurunan luas hutan mangrove menghasilkan fenomena erosi. Namun, terdapat beberapa kecamatan yang tidak mengikuti pola ini, hal tersebut menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang memengaruhi sedimentasi dan erosi di wilayah tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini memberikan pemahaman tentang perubahan luas hutan mangrove, fenomena sedimentasi dan erosi, serta hubungan antara keduanya di Kawasan Metropolitan Rebana. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan strategi konservasi dan rehabilitasi mangrove yang efektif guna menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
Perpustakaan Digital ITB