digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Telah dilakukan pengukuran laju dosis radiasi alam di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar laju dosis radiasi alam, membandingkan laju dosis radiasi di lokasi penelitian dengan beberapa wilayah lainnya di Indonesia dan dunia, serta pemetaan laju dosis radiasi alam. Pengukuran laju dosis radiasi alam di atas permukaan tanah (ambient dose) dilakukan dengan menggunakan detector sintilasi NaI(Tl) Inspector 1000 Canberra dan Geiger Muller mini Radiac Canberra yang dapat secara langsung mengukur laju dosis radiasi di lapangan. Lokasi penelitian mencakup 5 Kecamatan di Kabupaten Mamuju dimana terdapat 75 titik pengukuran yang posisi koordinatnya direkam menggunakan GPX Garmin Etrex 10. Teknik pengukuran dilakukan dengan sistem grid yang berukuran 2 x 2 km2 . Pengukuran dilakukan pada jarak satu meter di atas permukaan tanah dan tepat di atas pemukaan tanah. Hasil pengukuran menunjukkan terdapat perbedaan nilai yang cukup signifikan dari dua detektor yang digunakan. Nilai laju dosis radiasi alam rata-rata yang diperoleh dari pengukuran menggunakan detector sintilasi NaI(Tl) yaitu sebesar 0,21 ?Sv/jam atau 1,86 mSv/tahun yang lebih rendah dari hasil pengukuran menggunakan Geiger Muller dengan nilai laju dosis radiasi rata-rata sebesar 0,78 ?Sv/jam atau 6,79 mSv/tahun. Adapun nilai dosis efektif tahunan rata-rata yang diterima penduduk yaitu sekitar 0,37 mSv/tahun, lebih rendah daripada standar internasional yang ditetapkan oleh UNSCEAR yaitu 0,48 mSv/tahun. Nilai rata-rata laju dosis radiasi tahunan di kabupaten Mamuju merupakan yang tertinggi di Indonesia. Pemetaan distribusi laju dosis radiasi alam dibuat menggunakan software QGIS 3.28.2 dimana tingkat laju dosis radiasi alam di lokasi pengukuran dibedakan berdasarkan warna. Selanjutnya, pengukuran radiasi alam diterapkan ke dalam pembelajaran fisika di sekolah melalui pembuatan modul yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami sumber-sumber radiasi alam dan cara pengukurannya.