Telah dilakukan pengukuran laju dosis radiasi alam di Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar laju dosis radiasi
alam, membandingkan laju dosis radiasi di lokasi penelitian dengan beberapa
wilayah lainnya di Indonesia dan dunia, serta pemetaan laju dosis radiasi alam.
Pengukuran laju dosis radiasi alam di atas permukaan tanah (ambient dose)
dilakukan dengan menggunakan detector sintilasi NaI(Tl) Inspector 1000
Canberra dan Geiger Muller mini Radiac Canberra yang dapat secara langsung
mengukur laju dosis radiasi di lapangan. Lokasi penelitian mencakup 5
Kecamatan di Kabupaten Mamuju dimana terdapat 75 titik pengukuran yang
posisi koordinatnya direkam menggunakan GPX Garmin Etrex 10. Teknik
pengukuran dilakukan dengan sistem grid yang berukuran 2 x 2 km2
. Pengukuran
dilakukan pada jarak satu meter di atas permukaan tanah dan tepat di atas
pemukaan tanah. Hasil pengukuran menunjukkan terdapat perbedaan nilai yang
cukup signifikan dari dua detektor yang digunakan. Nilai laju dosis radiasi alam
rata-rata yang diperoleh dari pengukuran menggunakan detector sintilasi NaI(Tl)
yaitu sebesar 0,21 ?Sv/jam atau 1,86 mSv/tahun yang lebih rendah dari hasil
pengukuran menggunakan Geiger Muller dengan nilai laju dosis radiasi rata-rata
sebesar 0,78 ?Sv/jam atau 6,79 mSv/tahun. Adapun nilai dosis efektif tahunan
rata-rata yang diterima penduduk yaitu sekitar 0,37 mSv/tahun, lebih rendah
daripada standar internasional yang ditetapkan oleh UNSCEAR yaitu 0,48
mSv/tahun. Nilai rata-rata laju dosis radiasi tahunan di kabupaten Mamuju
merupakan yang tertinggi di Indonesia. Pemetaan distribusi laju dosis radiasi alam
dibuat menggunakan software QGIS 3.28.2 dimana tingkat laju dosis radiasi alam
di lokasi pengukuran dibedakan berdasarkan warna. Selanjutnya, pengukuran
radiasi alam diterapkan ke dalam pembelajaran fisika di sekolah melalui
pembuatan modul yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami
sumber-sumber radiasi alam dan cara pengukurannya.