digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses rekayasa kebutuhan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam mengembangkan sistem informasi. Pada tahap rekayasa kebutuhan masih terdapat ketidakpastian yang mungkin muncul jika kebutuhan sitem bergantung dan dielisitasi dari kebutuhan pengguna. Berdasarkan latar belakang ini, perlu adanya sebuah metode rekayasa kebutuhan yang dapat mengurangi pengaruh dari ketidakpastian tersebut. Saat ini, metode rekayasa kebutuhan telah bertransformasi dan menggunakan tujuan (goals) sebagai referensi dalam menjalankan proses rekayasa kebutuhan sistem informasi. Penelitian ini mengembangkan dan memperbaiki metode rekayasa kebutuhan yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented Requirements Engineering/GORE) agar dapat menghilangkan ketidakpastian yang bisa muncul karena kebutuhan pengguna, dan secara efektif dapat menggunakan ulang solusi dari proses rekayasa kebutuhan yang sudah ada sebelumnya. Metode rekayasa kebutuhan yang dikembangkan hanya menggunakan tujuan organisasi sebagai sumber utama untuk mendapatkan kebutuhan sistem informasi. Tujuan tersebut dilengkapi alat ukur berupa Key Performance Indicator (KPI) untuk mengendalikan ketidakpastian yang muncul dari kebutuhan pengguna, sehingga kebutuhan sistem informasi dapat diperoleh tanpa bergantung pada kebutuhan pengguna akhir sitem. Selain itu, metode pada penelitian ini mengadaptasi metode Case-Based Reasoning (CBR) untuk dapat menggunakan ulang solusi dari proses rekayasa kebutuhan yang sudah ada sebelumnya untuk meningkatkan kualitas kebutuhan sistem serta mempercepat proses rekayasa kebutuhan. Metode rekayasa kebutuhan ini dikembangkan dengan menggunakan komponenkomponen dari beberapa aktivitas proses GORE yang sudah ada sebelumnya dan mengadaptasi metode serta teknik lainya yang diperlukan untuk membentuk prosesproses pada metode rekayasa kebutuhan yang baru. Metode yang dikembangkan ini telah diujicobakan untuk 2 (dua) studi kasus, dengan tujuan untuk melihat hasil implementasi metode rekayasa kebutuhan yang diusulkan dan hasilnya itu digunakan lebih lanjut pada proses pengembangan sistem informasi, untuk mengevaluasi pemenuhan kebutuhan oleh fungsi sistem informasi yang dikembangkan. Selain studi kasus, penelitian ini juga mengevaluasi kualitas proses metode rekayasa kebutuhan yang diusulkan dibandingkan dengan metode GORE yang sudah ada sebelumnya menggunakan metode penilaian COncern of Requirements Engineering (CORE). Dari studi kasus tersebut diperoleh hasil bahwasanya proses GORE yang baru dapat menggunakan hanya tujuan organisasi sebagai sumber utama untuk mendapatkan kebutuhan sistem informasi tanpa bergantung pada kebutuhan pengguna akhir. Selain itu, Key Performance Indicator sebagai alat ukur yang digunakan pada tujuan dapat mengendalikan dan mengurangi ketidakpastian yang muncul karena disebabkan kebutuhan pengguna. Adaptasi metode CBR pada proses GORE yang baru untuk memanfaatan ulang solusi kebutuhan dari proses rekayasa kebutuhan sebelumnya juga dapat meningkatkan kecepatan dan efektifitas proses rekayasa kebutuhan. Dengan dasar metode ini, kebutuhan sistem informasi dapat diperoleh secara otomatis menggunakan parameter-parameter yang didapat dari tujuan organisasi dan memanfaatkan case-based yang ada secara cepat dan berkualitas tanpa bergantung lagi dengan kebutuhan pengguna yang memiliki ketidakpastian. Dengan otomatisasi ini, maka diharapkan proses rekayasa kebutuhan bisa berlangsung secara cepat dan sudah memiliki pola tertentu untuk organisasi yang domain bisnisnya telah memiliki banyak sistem informasi yang berkualitas (dan menjadi case-based untuk digunakan ulang). Di masa yang akan datang, para pemilik dan dewan direksi perusahaan dapat memiliki sistem informasi berkualitas hanya dengan memiliki tujuan organisasi menggunakan metode yang dikembangkan ini.