digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Jery Christianto
PUBLIC sarnya

BAB_1 Jery Christianto
PUBLIC sarnya

BAB_2 Jery Christianto
PUBLIC sarnya


BAB_4 Jery Christianto
PUBLIC sarnya

BAB_5 Jery Christianto
PUBLIC sarnya

BAB_6 Jery Christianto
PUBLIC sarnya

DAFTAR Jery Christianto
PUBLIC sarnya

2023_TS_PP_JERY_CHRISTIANTO_LAMPIRAN.pdf
Terbatas  sarnya
» Gedung UPT Perpustakaan

Pada saat ini peran masyarakat adat cukup signifikan dalam perkembangan dunia. Di Indonesia, menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), populasi masyarakat adat ditaksir sekitar 40-70 juta jiwa. Di dalam data yang dirilisoleh Badan Registrasi Wilayah Adat/BRWA di Indonesia terdapat 1596 totalwilayah adat yang telah terdata, dan berdasarkan data tersebut diketahui provinsi yang memiliki wilayah adat paling banyak adalah provinsi Kalimantan Barat. Salahsatu kabupaten di Kalimantan Barat yang masih secara sosial masih menjaga adat istiadatnya adalah Kabupaten Bengkayang secara spesifik di Kecamatan Jagoi Babang yang terletak pada wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia. Salah satu sektor yang dapat dikembangkan di kawasan perbatasan adalah melalui sektor pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai pengembangan Indigenous Ecotourism berkelanjutan di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia spesifik di Kecamatan Jagoi Babang secara Economics dan Nature Protection/ Environment terkait dengan pengembangan Indigenous Ecotourism. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara semi-terstruktur, observasi moderat serta dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Interactive Model. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan analisis terhadap aspek keberlanjutan secara Economics menunjukkan bahwa para stakeholders di Jagoi Babang sudah memahami peran mereka dalam upaya mengembangkan destinasi ekowisata berbasis masyarakat adat terutama dari unsur pemerintahan, namun bagi para pelaku kerajinan anyaman masih kurang, sehingga beberapa pelatihan sudah diberikan kepada para pelaku pariwisata tersebut. Adapun terkait dengan keberlanjutan secara aspek Nature Protection/ Environment pemangku kepentingan disana menyadari pentingnya menjaga lingkungan berkaitan dengan pengembangan pariwisata disana, sehingga para pengrajin anyaman rotan dihimbau untuk mempunyai kebun rotan sendiri agar tidak punah, selain itu kerja sama semua pihak untuk merawat DTW sudah ada melalui kerja bakti saat Gawai dan Festival Budaya akan diselenggarakan, sosialisasi mengenai Sapta Pesona juga telah di jalankan.