Di tahun 2019, di tengah tahap awal industri perbankan digital di Indonesia, Bank
Arto mengalami transisi dan berganti nama menjadi Bank Jago, bank digital.
Akibat peralihan Bank Jago dari bank umum tradisional menjadi bank digital,
saham perseroan mencapai harga saham tertinggi sepanjang masa yaitu Rp 19.000
per saham pada Januari 2022. Ini merupakan harga saham tertinggi yang pernah
dicapai perseroan. Namun, kehebohan publik akhirnya mereda, dan hal ini
mengakibatkan turunnya harga saham perseroan. Harga per saham Bank Jago
tercatat Rp 4.200 pada November 2022, lebih rendah 77% dari harga yang tercatat
di awal tahun 2022.
Penelitian ini akan menganalisis kinerja keuangan Bank Jago melalui metode
analisis rasio keuangan, dan menentukan nilai intrinsik Bank Jago melalui metode
absolute valuation menggunakan Dividend Discount Model serta daya saing dan
lingkungan perbankan digital di Indonesia menggunakan PESTEL dan Porter Five
Forces. Dari Porter Five Forces, industri perbankan digital Indonesia
menunjukkan tingkat daya saing yang tinggi, sedangkan industri di Indonesia
sendiri melalui analisis PESTEL menunjukkan akan terus tumbuh karena tingkat
dukungan dari faktor politik dan pemerintah. Berdasarkan analisis rasio keuangan,
profitabilitas Bank Jago telah meningkat secara signifikan selama tiga tahun
terakhir, yang ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan rasio NIM, ROE, dan ROA
yang pesat sejak masa transformasinya. Dengan rasio sebesar 145,86%, Bank Jago
menunjukkan tingkat likuiditas yang kurang memuaskan. Berdasarkan proyeksi
dengan Dividend Discount Model, nilai intrinsik Bank Jago saat ini undervalued
sebesar -23%.
Perpustakaan Digital ITB