digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perubahan iklim mendorong investor dan pemerintah di seluruh dunia untuk mengalihkan modal ke perusahaan yang menunjukkan komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), yang sebelumnya bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan pertambangan, telah melakukan transformasi strategis melalui TBS2030. Setelah melepas aset PLTU-nya pada tahun 2024, TOBA beralih ke sektor kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Transformasi ini memunculkan pertanyaan penting: sejauh mana transisi menuju Net Zero Emission (NZE) memengaruhi nilai intrinsik perusahaan? Penelitian ini menilai valuasi TOBA menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan proyeksi 10 tahun ke depan dalam tiga skenario strategis, tanpa memasukkan pendapatan dari PLTU pasca 2024. Pemodelan dilakukan secara tersegmentasi mencakup pertambangan batu bara yang tersisa, Electrum (usaha kendaraan listrik), aset PLTS, kelapa sawit, dan unit pengelolaan limbah hasil akuisisi Sembcorp Environmental Management. Hasil analisis skenario menunjukkan potensi kenaikan valuasi yang signifikan. Dalam skenario dasar, harga saham wajar TOBA diperkirakan sebesar Rp1.857. Dalam skenario terbaik, nilai saham mencapai Rp2.854. Bahkan dalam skenario terburuk, valuasi masih berada di Rp1.122. Dibandingkan dengan harga pasar saat ini sebesar Rp398 (per Mei 2025), terdapat margin of safety yang sangat besar: 367% (skenario dasar), 617% (terbaik), dan 182% (terburuk). Hal ini menunjukkan bahwa saham TOBA saat ini masih sangat undervalued oleh pasar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi transisi TOBA, jika dijalankan secara efektif, tidak hanya sejalan dengan target NZE nasional, tetapi juga berpotensi menciptakan nilai yang signifikan bagi investor. Perusahaan direkomendasikan untuk terus mengoptimalkan struktur modal, memperluas inisiatif ESG, dan memanfaatkan pembiayaan hijau untuk membuka nilai tambah jangka panjang. Studi ini membuktikan bahwa integrasi ESG dan diversifikasi bisnis dapat diterjemahkan menjadi kinerja keuangan yang unggul di pasar negara berkembang.