Medan magnetik kuat pada MRI-Linac menyebabkan perubahan arah pergerakan
partikel bermuatan dengan masuknya kembali elektron sekunder ke dalam medium
target radiasi sebagai electron returning effects (ERE) yang menyebabkan
perubahan distribusi dosis. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh medan magnet terhadap partikel pada terapi radiasi dan distribusi dosis
pada fantom air. Medan magnet dan sinar radiasi dimodelkan sebagai representasi
dari MRI-Linac menggunakan simulasi Monte Carlo. Tool for Particle Simulation
(TOPAS) digunakan sebagai perangkat lunak berbasis Monte Carlo untuk
melakukan simulasi. X-Ray 6 MV dari kepala linac Siemens Oncor disimulasikan
untuk menyinari fantom air berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Medan magnet
terhadap fantom air dimodelkan dalam arah transversal dan longitudinal terhadap
arah datangnya berkas sinar radiasi dengan kekuatan 1,5 T, 3 T dan 7 T. Simulasi
dilakukan dengan sumber berkas foton berupa phase space yang terdiri atas 4×109
partikel dengan ukuran lapangan 10 cm x 10 cm. Lintasan elektron divisualisasikan
dengan graphic window TOPAS. Kurva PDD dan kurva profil dosis diplot dengan
Matlab R2021b untuk menganalisa perubahan distribusi dosis radiasi akibat
pengaruh medan magnetik dibandingkan dengan linac tanpa medan magnetik.
Lintasan elektron yang tervisualisasi terdiri dari elektron sebagai partikel
kontaminasi pada berkas foton yang menuju fantom air, dan elektron sebagai
partikel sekunder interaksi foton dan fantom air. Hasil visualisasi lintasan elektron
dari simulasi linac dengan medan magnetik transversal menunjukkan gerak sirkular
terjadi pada elektron kontaminasi dan ERE di dalam fantom air berupa pengurangan jangkauan elektron terhadap kedalaman fantom air. Sedangkan medan magnetik
longitudinal menyebabkan elektron kontaminasi terarah menuju fantom air, namun
tidak menyebabkan ERE pada elektron sekunder di dalam fantom air. Hasil
penyinaran fantom air dengan linac tanpa medan magnetik menunjukkan nilai dosis
permukaan (Ds) sebesar 44.057% dengan kedalaman pada saat dosis maksimum
(zmax) berada di 1.7 cm. Peningkatan kuat medan magnet transversal menyebabkan
peningkatan Ds secara linear dengan gradien -0.1756 dan ????
? = 0.8471, dan
penurunan zmax secara linear dengan gradien 6,709 dan ????
? = 0.9238. Dosis
permukaan pada linac dengan medan magnetik transversal 1.5 T, 3 T, dan 7 T
mengalami perubahan menjadi 41.132%, 58.9506%, dan 86.8493%, dan zmax
bergeser pada kedalaman 0.9 cm, 0.9 cm dan 0.3 cm. Sedangkan peningkatan kuat
medan magnetik longitudinal tidak menyebabkan perubahan Ds dengan gradien
1.0529 dan ????
? = 0.3997, serta tidak menyebabkan pergeseran zmax dengan gradien
-0.0202 dan ????
? = 0.2782. Medan magnetik longitudinal 1.5 T, 3 T, dan 7 T pada
linac menyebabkan Ds meningkat sebagai pengaruh dari elektron kontaminasi
menjadi 54.1854%, 53.9892%, dan 54.0715% dan posisi zmax berada pada 1.5 cm,
1.7 cm, dan 1.5 cm. Perubahan ketinggian kurva profil dosis pada fantom air
teramati meningkat di permukaan dan kedalaman 1.5 cm, sedangkan pada
kedalaman 10 cm terjadi penurunan tinggi kurva profil dosis akibat peningkatan
kuat medan magnetik transversal. Medan magnetik longitudinal menyebabkan
kenaikan tinggi kurva profil dosis pada fantom air dan permukaan, namun tidak
terdapat variasi ketinggian yang signifikan dengan adanya peningkatan kuat medan
magnet, sedangkan pada kedalaman 10 cm tidak terdapat perubahan tinggi kurva
profil dosis. Hasil ini menunjukkan adanya ERE pada fantom yang kembali
memasuki daerah penyinaran. Pengaruh perubahan arah gerak partikel sekunder
tersebut kemudian mengubah distribusi dosis pada target radiasi. Linac yang
ditambahkan medan magnet transversal berpengaruh secara substansial
dibandingkan dengan penambahan medan magnet longitudinal.