Sains optik memainkan peranan yang sangat penting dalam berbagai teknologi
modern yang ada saat ini. Berbagai cara untuk mengendalikan
dinamika cahaya, khususnya yang melibatkan fenomena hamburan, dibutuhkan
untuk meningkatkan fungsionalitas dari berbagai teknologi tersebut. Diantara cara
yang populer digunakan oleh para peneliti dalam dua dekade terakhir adalah dengan
memanfaatkan metamaterial. Berbagai fenomena menarik telah ditemukan dari
riset metamaterial dan peluang-peluang aplikasinya telah direalisasikan.
Saat ini riset metamaterial menghadapi tantangan baru yaitu pencarian terhadap
struktur yang memiliki sifat tunable. Beberapa saran telah diajukan untuk
menghasilkan metamaterial bersifat tunable namun memiliki mekanisme yang
kurang user-friendly apabila diterapkan untuk aplikasi sehari-hari. Penelitian ini
didedikasikan untuk mengembangkan sistem metamaterial dengan struktur
sederhana yang sifat tunabilitasnya dapat diatur dengan cara yang juga lebih
sederhana dan lebih mudah untuk diadaptasi oleh industri di bidang optik.
Secara khusus, dalam penelitian ini dirancang suatu sistem metamaterial yang
dibangun berdasarkan partikel-partikel silindris yang disusun secara periodik.
Penelitian dilakukan secara analitik, yaitu dengan menurunkan solusi gelombang
elektromagnetik pada sistem tersebut yang selanjutnya diadaptasi ke dalam suatu
program perhitungan komputer. Pada tahapan awal penelitian dilakukan benchmark
untuk memastikan bahwa metode penelitian yang digunakan memberikan
kesesuaian dengan hasil-hasil yang telah dikenal baik. Selain itu, pada tahap awal
penelitian juga dilakukan survei untuk menentukan jenis material yang lebih baik
untuk digunakan dalam membangun sistem metamaterial yang unggul. Penelitian
kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan suatu sistem metamaterial
berdasarkan survei yang telah dilakukan pada tahapan awal penelitian. Selanjutnya
dilakukan optimasi-optimasi terhadap parameter geometri dan optik sistem untuk
memperoleh karakteristik metamaterial yang diinginkan.
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa struktur nanotube dengan susunan teras
(core) dielektrik yang diselubungi lapisan perak akan menghasilkan resonansi pada
beberapa panjang gelombang tertentu dalam kurva ekstingsi. Kemunculan puncak-puncak resonansi ini sesuai dengan teori hibridisasi plasmon yang telah dikenal
baik. Selain itu, pergeseran posisi teras, yang menyebabkan nanotube menjadi
berbentuk non-koaksial, akan menghasilkan juga puncak resonansi tambahan pada
kurva ekstingsi. Hal ini juga telah dikenal baik dalam teori multipolar mixing.
Uniknya, manakala struktur nanotube tersebut berbentuk non-koaksial akan
dihasilkan pola hamburan cahaya yang bersifat direktif dan intensitasnya
bergantung pada sudut masuk dari cahaya datang. Kebergantungan intensitas
terhadap sudut masuk cahaya datang ini belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Penemuan ini mengimplikasikan bahwa struktur tersebut dapat digunakan untuk
aplikasi pengindraan arah aliran cahaya. Lebih lanjut, mekanisme pengindraan
tersebut dapat bekerja pada panjang gelombang yang berbeda dengan mengatur
permitivitas dari material teras. Namun demikian, mekanisme yang bekerja pada
sistem dengan bahan logam ini hanya dapat bekerja dengan baik di sekitar partikel
logam tersebut saja dan oleh karenanya kurang baik untuk diterapkan dalam suatu
aplikasi yang bekerja pada wilayah far-field. Berdasarkan alasan ini maka
penelitian berikutnya dilanjutkan dengan mengubah material-material nanotube
menjadi dielektrik seluruhnya.
Penelitian berikutnya dengan partikel dielektrik silindris menunjukkan
dihasilkannya resonansi jamak pada kurva penampang hamburan sebagai akibat
terbangkitkannya modus-modus resonansi Mie. Fenomena ini telah dikenal baik di
bidang meta-optics. Namun demikian, efek sudut masuk cahaya datang terhadap
pola hamburan dan sifat polarisasi gelombang hambur yang dihasilkan oleh
nanorod dielektrik belum pernah dilaporkan sebelumnya. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa pada sudut masuk tertentu, untuk cahaya datang dengan
polarisasi transverse electric, akan dihasilkan pola hamburan berbentuk quadrupol.
Uniknya, dengan melakukan dekomposisi terhadap polarisasi gelombang hambur
ditemukan bahwa quadrupol tersebut sebenarnya merupakan gabungan dua buah
dipol yang saling ortogonal, yakni dipol elektrik dan dipol magnetik. Hal ini berarti
dapat dilakukan pembagian polarisasi cahaya dari yang awalnya terpolarisasi
transverse electric menjadi sebagian terpolarisasi transverse magnetic melalui
pengaturan sudut masuk cahaya datang.
Setelah melihat potensi yang dimiliki oleh partikel dielektrik silindris maka
penelitian dilanjutkan ke pengembangan sistem tunable metasurface dengan cara
menyusun partikel-partikel tersebut secara periodik menjadi sistem meta-lattice.
Ditemukan bahwa sistem meta-lattice tersebut dapat diatur bersifat transparan atau
reflektif melalui pengaturan periodisitas optik dalam sistem. Hal ini belum pernah
dilaporkan sebelumnya dan lebih sederhana bila dibandingkan dengan metode
tuning lain seperti penarikan mekanik, pemanasan termal, atau induksi elektrik.
Bahkan, fenomena switching dalam sistem meta-lattice tersebut bisa dicapai
dengan menggunakan material yang memiliki indeks bias rendah. Dari penelitian
diketahui bahwa, walaupun digunakan material dengan indeks bias rendah,
fenomena tersebut dapat terjadi akibat gelombang-gelombang hambur dalam sistem
berada dalam keadaan sefasa dan menghasilkan medan polarisasi yang kuat.
Keadaan fasa dari gelombang-gelombang hambur itu pun dapat diatur melalui
periodisitas optik sistem. Ini pun merupakan hal baru yang belum pernah dilaporkan
sebelumnya. Secara khusus, sifat ini akan bermanfaat untuk pengembangan transflective liquid crystal display (TLCD). Hal ini penting mengingat
pengembangan TLCD saat ini terhambat utamanya akibat sifat kebanyakan
transflektor yang menyerupai half-mirror. Selain itu juga belum ada penelitian yang
mengembangkan metasurface untuk aplikasi TLCD.