Penumpukan lipid pada lapisan hipodermis atau jaringan adiposa dapat menyebabkan lapisan kulit tidak merata. Salah satu cara untuk mengurangi lipid di kulit adalah dengan proses lipolisis. Lipolisis merupakan proses penguraian lipid melalui reaksi hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Salah satu bahan untuk lipolisis adalah forskolin. Forskolin merupakan metabolit sekunder yang terdapat dalam akar Coleus forskohlii. Forskolin dapat mengaktivasi adenilat siklase dalam sel adiposa sehingga terbentuk siklik adenosin monofosfat. Peningkatan kadar siklik adenosin monofosfat dapat meningkatkan reaksi lipolisis dalam jaringan lipid.
Forskolin juga mempunyai beberapa efek farmakologi lain, untuk pengobatan gagal jantung, dilatasi saluran pernafasan dan meringankan tekanan mata pada pasien glaukoma yang digunakan secara peroral. Untuk menghindari efek samping penggunaan oral, maka dilakukan pengembangan formula mikroemulsi forskolin sebagai agen lipolisis yang digunakan secara topikal untuk menghantarkan forskolin ke jaringan adiposa. Mikroemulsi merupakan dispersi koloid yang tersusun atas minyak, surfaktan, kosurfaktan dan air. Mikroemulsi dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan, menigkatkan stabilitas dan meningkatkan penetrasi bahan aktif farmasi yang digunakan secara topikal. Forskolin mempunyai kelarutan rendah dan dapat terhidrolisis di dalam air, maka penggunaan sistem mikroemulsi diharapkan dapat memperbaiki kelarutan, stabilitas dan penetrasinya pada penggunaan topikal.
Tahapan penelitian ini meliputi: uji konfirmasi forskolin, uji kelarutan forskolin dalam minyak, surfaktan dan kosurfaktan, verifikasi metode analisis, formulasi mikroemulsi, karakterisasi mikroemulsi forskolin, uji stabilitas formula mikroemulsi forskolin, pemilihan basis gel, pembuatan formula gel mikroemulsi, pembuatan formula miselar dan pembuatan formula emulgel, uji difusi in vitro, uji lipolisis in vivo, pemeriksaan jaringan kulit dan uji iritasi.
Uji konfirmasi forskolin meliputi: pemeriksaan spektrum Fourrier transform infra red dan kromatogram dengan kromatografi cair kinerja tinggi antara forskolin sampel terhadap forskolin baku pembanding. Hasil uji karakterisasi menunjukkan
bahwa terdapat kesesuaian spektrum Fourrier transform infra red dan kromatogram forskolin sampel dan forskolin baku pembanding yang muncul pada waktu retensi 6,75 menit dan match factor 90,49%.
Uji kelarutan menunjukkan forskolin dapat larut dalam Maisine CC (5,23±0,22 mg/mL), MCT (3,24±0,06 mg/mL), Tween 20 (20,88±0,73 mg/mL), PEG 400 (23,08±0,10 mg/mL) dan propilen glikol (4,67±0,10 mg/mL).
Pembuatan mikroemulsi dilakukan dengan metode titrasi fase. Optimasi formula dilakukan melalui pemilihan kadar surfaktan, kosurfaktan, minyak dan forskolin dalam mikroemulsi. Formula mikroemulsi optimal yaitu formula yang tersusun atas Maisine CC, Tween 20, dan PEG 400 dengan perbandingan 4:25:5 % atau formula FA5.2. Formula ini dapat meningkatkan kelarutan forskolin sebesar 2,19±0,05 mg/mL. Formula FA5.2 diuji stabilitas meliputi ukuran globul, indeks polidispersi, kadar forskolin dan pH formula selama 90 hari pada suhu 25°C ± 2°C/60% ± 5% kelembaban relatif dan 40°C ± 2°C/75% ± 5% kelembaban relatif. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa formula stabil pada suhu 25°C ± 2°C/60% ± 5% kelembaban relatif dengan ukuran globul 27,00±2,46 nm, indeks polidispersi 0,30±0,10, kadar forskolin 97,78±5,69 % terhadap kadar awal dan pH 6,35±0,19. Pemeriksaan ukuran globul formula optimal ditentukan dengan transmission electrone microscopy menunjukkan ukuran globul mikroemulsi mempunyai ukuran berkisar 30 nm. Hasil pemeriksaan spektrum dengan Fourrier transform infrared menunjukkan tidak terbentuk spektrum baru pada formula dibandingkan bahan-bahan penyusun mikroemulsi, hal ini menunjukkan tidak terbentuknya interaksi gugus fungsional baru dalam FA5.2.
Pembuatan gel mikroemulsi dilakukan dengan mencampurkan basis gel dengan mikroemulsi. Basis gel yang digunakan adalah HPMC tipe high viscosity yang dapat membentuk gel mikroemulsi atau formula FA5.2.G1 dengan ukuran globul 21,03±0,77 nm, indeks polidispersi 0,31±0,03 dan viskositas 4485±143,37 cPs.
Uji difusi forskolin secara in vitro menggunakan sel difusi Franz melalui membran sintetis Spangler. Uji ini membandingkan kadar forkolin dalam FA5.2 yang berdifusi terhadap kadar forskolin dalam FA5.2.G1, formula miselar dan formula emulgel yang berdifusi. Hasil menunjukkan bahwa forskolin dalam FA5.2 dapat berdifusi sekitar 36,81±2,08 %, sementara pada FA5.2.G1 adalah 18,50±0,32 % dan miselar adalah 19,58±0,47 %, sedangkan forskolin dalam emulgel tidak berdifusi selama 6 jam pengamatan.
Aktivitas lipolisis formula optimal diuji secara in vivo pada mencit Swiss Webster jantan yang diberikan pakan tinggi lemak. Pengujian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penggunaan Hewan Percobaan Institut Teknologi Bandung dengan surat No. 3/KEPHP-ITB/10-2021. Sediaan gel mikroemulsi FA5.2.G1 diberikan sekali dan dua kali pengolesan perhari pada abdomen yang telah dicukur bulunya. Hasil uji menunjukkan FA5.2.G1sekali pengolesan memberikan perubahan bobot badan sebesar 1,91±6,15% (p=0,01), penurunan lingkar abdomen sebesar -2,37±3,25 %,
dan pelepasan gliserol sebesar 16,68±0,98 nmol/jam (p= 0,03) terhadap kontrol. FA5.2.G1 dua kali pengolesan dapat menurunkan bobot badan sebesar -3,81±3,17% (p= 0,001), lingkar abdomen sebesar -5,83±4,54 % (p= 0,03) dan pelepasan gliserol sebesar 15,99±1,54 nmol/jam (p= 0,017) terhadap kontrol.
Hasil pemeriksaan jaringan kulit ditunjukkan adanya perubahan keutuhan lipid pada jaringan adiposa lapisan hipodermis. Perubahan ini terjadi pada kelompok FA5.2.G1, FA5.2.G1-2, basis FA5.2G1 dan gel pembanding. Sementara kelompok yang diberi sediaan emulgel, kelompok kontrol dan kelompok normal tidak terjadi perubahan keutuhan lipid.
Uji iritasi dermal secara in vivo pada kulit kelinci telah disetujui oleh Komisi Etik Penggunaan Hewan Percobaan dengan surat No. 02/KEPHP-ITB/10-2021. Hasil menunjukkan indeks iritasi primer FA5.2= 0,11 dan FA5.2.G1= 0 yang terkategori bersifat iritasi sangat ringan atau dapat diabaikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa forskolin dapat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi, di mana kelarutan forskolin dalam formula FA5.2 adalah 2,19±0,05 mg/mL. Uji stabilitas menunjukkan bahwa formula memiliki ukuran globul, indeks polidispersi, kadar dan pH yang stabil pada penyimpananan suhu 25°C ± 2°C dan 60% ± 5% kelembaban relatif selama 90 hari. Pada uji lipolisis, formula FA5.2G1 dapat memberikan reaksi lipolisis dengan terjadinya penurunan bobot badan (-3,81±3,17 %), penurunan lingkar abdomen (-5,83±4,54 %) dan kadar pelepasan gliserol yang rendah (15,99±1,54 nmol/jam) pada hewan yang diberi pakan lemak tinggi. Pada uji iritasi FA5.2G1 tidak memberikan respon iritasi pada kulit dengan nilai IIP= 0.