Latar belakang dan tujuan: Malaria merupakan penyakit dengan angka
keparahan yang sangat tinggi terutama di daerah tropis tempat P. falciparum
mendominasi. Artemisinin merupakan opsi kuratif terbaik dan teraman setelah
derivat klorokuin yang dipakai sebelumnya mengalami kasus resistensi yang tinggi.
Artemisinin didapatkan dari metode konvensional atau semisintetik yang
melibatkan biosintesis artemisinin untuk mengubah substrat menjadi metabolit.
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan dan memvalidasi metode UPLCESI-
MS/MS untuk menganalisis metabolit biosintesis artemisinin. Metode:
Metode ekstraksi sampel daun kering Artemisia annua adalah ultrasonikasi
sedangkan metode analisis standar asam artemisinat (AA), asam dihidroartemisinat
(DHAA), artemisinin (ART), dan ekstrak adalah ultra-high performance liquid
chromatography-electrospray ionization tandem mass spectrometry (UPLC-ESIMS/
MS). Hasil: Uji spesifisitas menunjukan ketiadaan puncak pelarut pada semua
kromatogram standar metabolit. Linearitas kurva standar masing-masing berada di
atas 0,995. Nilai sensitivitas instrumen terhadap asam artemisinat adalah LOD: 0,35
mg/L dan LOQ: 1,049 mg/L. Nilai sensitivitas terhadap asam dihidroartemisinat
adalah LOD: 0,17 mg/L dan LOQ: 0,53 mg/L. Nilai sensitivitas terhadap
artemisinin adalah LOD:0,018 mg/L dan LOQ: 0,054 mg/L. Pada pengujian intraday,
persen perolehan kembali semua standar berada di dalam rentang 97-103%
(AA 100,48%, DHAA 99,43%, dan ART 101,26%) dan %RSD semua standar
berada di bawah persyaratan 2% baik untuk respons AUC dan waktu retensi. Hasil
pengujian ekstrak menunjukan kandungan 0,048% w/w AA, 0,21% w/w DHAA,
dan 0,80% w/w ART relatif terhadap berat simplisia kering. Kesimpulan: Dari
hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa metode UPLC-ESI-MS/MS telah
memenuhi persyaratan validasi lewat pengujian parameter spesifisitas, linearitas,
sensitivitas (LOD dan LOQ), akurasi, dan presisi. Metode UPLC-ESI-MS/MS yang
telah tervalidasi ini berhasil menganalisis sampel ekstrak metanol Artemisia annua
yang dibudidaya secara lokal di Lembang, Kota Bandung, Indonesia.