
ABSTRAK Niko Febrian
PUBLIC Resti Andriani 
BAB 1 Niko Febrian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Niko Febrian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Niko Febrian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Niko Febrian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Niko Febrian
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Indonesia memiliki total cadangan batubara sebesar 31,7 milyar ton per tahun 2022,
dengan 41% cadangannya dikategorikan sebagai batubara kalori rendah
(<5100kal/g), termasuk lignit. Salah satu alternatif dari pemanfaatan lignit adalah
pirolisis batubara. Untuk mengurangi emisi CO2 yg dihasilkan dari pemanfaatan
produk pirolisis, seperti pembakaran, maka batubara dapat dipirolisis bersama
biomassa (co-pyrolysis). Salah satu biomassa yang banyak dihasilkan yakni limbah
padat kelapa sawit. Produksi tahun 2021 mencapai 51 juta ton CPO, dan tiap ton
CPO menghasilkan 1,85 ton limbah padat kelapa sawit (LPKS), maka tiap tahunnya
terdapat 94,56 juta ton LPKS. Bila ditumpuk, maka LPKS ini memerlukan lahan
yang besar dan menyebabakan polusi serta mendatangkan hama. Oleh karenanya,
pemanfaatann LPKS via co-pirolisis dapat memenuhi kebutuhan energi sekaligus
menghemat pemakaian batubara Indonesia. Penelitian mengenai co-pyrolysis lignit
dan LPKS sudah banyak dilakukan, tetapi karena rentang variabel operasi yang
digunakan terbatas dan sifat heterogen batubara menyebabkan terjadinya perbedaan
pendapat terkait pengaruh parameter co-pyrolysis lignit dan LPKS terhadap
karakteristik produk. Oleh sebab itu, dilakukan ulasan untuk menjelaskan pengaruh
parameter co-pyrolysis ligint dan LPKS yang lebih luas.
Ulasan kritis ini dimulai dengan pengumpulan sumber litratur dalam situs penyedia
publikasi internasional dan buku yang terkait proses co-pyrolysis lignit dan Limbah
Padat Kelapa Sawit. Masing-masing sumber literatur dianalisis dan diambil
kesimpulannya. LPKS yang menjadi fokus ada dua yakni tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) dan cangkang kelapa sawit (CKS). Parameter operasi yang dianalisis
adalah rasio pencampuran dan temperatur co-pyrolysis.
Hasil ulasan menunjukan bahwa pada co-pyrolysis lignit dan LPKS, penambahan
rasio LPKS menyebabkan menurunnya perolehan char dan meningkatnya
perolehan tar dan gas. Pada co-pyrolysis lignit dan TKKS, perolehan char, tar, dan
gas maksimal diperoleh pada rasio biomassa 50%, 75%, dan 75% yakni sebesar
53,75%, 32,51% dan 45,65%. Pada co-pyrolysis lignit dan CKS, perolehan char,
tar, dan gas maksimal diperoleh pada rasio biomassa 50% yakni sebesar 75,53%,
8,98%, dan 15,49%. Peningkatan temperatur co-pyrolysis menyebabkan
menurunnya perolehan char dan meningkatnya perolehan gas. Sedangkan,
perolehan tar meningkat hingga temperatur 5000C dan menurun setelahnya. Pada
co-pyrolysis lignit dan TKKS, perolehan char, tar, dan gas maksimal diperoleh pada
temperatur 300, 600, dan 7000C yakni sebesar 60,87%, 17,23% dan 55,58%. Pada
co-pyrolysis CKS dan lignit, perolehan char, tar, dan gas maksimal diperoleh pada
temperatur 200, 400, dan 6000C yakni sebesar 78,39 %, 25% dan 30,10%.