Tanah laterit merupakan sumber prospektif logam kritis yang termasuk unsur tanah
jarang. Dalam penelitian ini, singkapan laterit diperoleh dari daerah penghasil Ni di
Sulawesi Tenggara, Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan sifat
magnetik dan karakteristik warna sebagai penanda untuk menjelaskan proses
pedogenesis tanah laterit daerah tropis, (2) menjelaskan hubungan warna laterit
terhadap kandungan mineral magnetik, dan (3) mendapatkan hubungan parameter
magnetik terhadap pola diferensiasi logam kritis berubah selama pedogenesis. Metode
dalam penelitian ini antara lain pengukuran suseptibilitas magnetik berbasis frekuensi,
klasifikasi warna menurut Munsell Soil Color Charts, serta analisis geokimia dengan
µ-X Ray Flourescence (XRF). Dari hasil penelitian, peningkatan suseptibilitas
magnetik karena banyaknya mineral magnetik oksida besi dari proses pedogenesis.
Klasifikasi warna menunjukkan endapan laterit didominasi oleh kelompok rona 5YR –
10 YR yang sejalan dengan peningkatan suseptibilitas magnetik. Peningkatan ?LF dan
nilai ?FD % yang lebih tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi partikel SP meningkat
seiring dengan terjadinya pelapukan dan pedogenesis. Mineral superparamagnetik (SP)
berubah menjadi mineral oksida besi lainnya seperti hematit dan goetit karena proses
pencucian, selanjutnya mineral labil bermobilisasi ke lapisan bawah. Selama proses
pedogenesis, ada tiga pola yang berbeda dari lapisan bawah ke atas. Pola pertama
adalah pengayaan yang dialami oleh Sc, La, Cr, dan Ti. Pola kedua adalah deplesi yang
dialami oleh Ni, Nd, dan Ho. Pola ketiga adalah lokalisasi konsentrasi tinggi pada
kedalaman tertentu, seperti yang dialami oleh Co, Ce, dan V. Konsentrasi logam kritis
tertentu berkorelasi positif atau negatif dengan suseptibilitas magnetik, menyimpulkan
bahwa suseptibilitas magnetik dapat digunakan sebagai indikator proksi untuk
eksplorasi konsentrasi logam kritis di tanah laterit.