digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Khalil Ibrahim.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

COVER KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

BAB1 KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

BAB2 KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

BAB3 KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

BAB4 KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

BAB5 KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

BAB6 KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

PUSTAKA KHALIL IBRAHIM
PUBLIC Open In Flip Book Devi Septia Nurul

Tanah laterit merupakan sumber prospektif logam kritis yang termasuk unsur tanah jarang. Dalam penelitian ini, singkapan laterit diperoleh dari daerah penghasil Ni di Sulawesi Tenggara, Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan sifat magnetik dan karakteristik warna sebagai penanda untuk menjelaskan proses pedogenesis tanah laterit daerah tropis, (2) menjelaskan hubungan warna laterit terhadap kandungan mineral magnetik, dan (3) mendapatkan hubungan parameter magnetik terhadap pola diferensiasi logam kritis berubah selama pedogenesis. Metode dalam penelitian ini antara lain pengukuran suseptibilitas magnetik berbasis frekuensi, klasifikasi warna menurut Munsell Soil Color Charts, serta analisis geokimia dengan µ-X Ray Flourescence (XRF). Dari hasil penelitian, peningkatan suseptibilitas magnetik karena banyaknya mineral magnetik oksida besi dari proses pedogenesis. Klasifikasi warna menunjukkan endapan laterit didominasi oleh kelompok rona 5YR – 10 YR yang sejalan dengan peningkatan suseptibilitas magnetik. Peningkatan ?LF dan nilai ?FD % yang lebih tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi partikel SP meningkat seiring dengan terjadinya pelapukan dan pedogenesis. Mineral superparamagnetik (SP) berubah menjadi mineral oksida besi lainnya seperti hematit dan goetit karena proses pencucian, selanjutnya mineral labil bermobilisasi ke lapisan bawah. Selama proses pedogenesis, ada tiga pola yang berbeda dari lapisan bawah ke atas. Pola pertama adalah pengayaan yang dialami oleh Sc, La, Cr, dan Ti. Pola kedua adalah deplesi yang dialami oleh Ni, Nd, dan Ho. Pola ketiga adalah lokalisasi konsentrasi tinggi pada kedalaman tertentu, seperti yang dialami oleh Co, Ce, dan V. Konsentrasi logam kritis tertentu berkorelasi positif atau negatif dengan suseptibilitas magnetik, menyimpulkan bahwa suseptibilitas magnetik dapat digunakan sebagai indikator proksi untuk eksplorasi konsentrasi logam kritis di tanah laterit.