Daerah penelitian terletak di Sub Cekungan Jambi, Sumatra Selatan. Di utara, Sub-
Cekungan Jambi dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh, di barat oleh Pegunungan Bukit
Barisan, di selatan oleh tinggian basemen yang sebagian muncul ke permukaan berupa
Pegunungan Duabelas, serta di timur oleh tinggian basemen yang sebagian muncul ke
permukaan berupa P. Belitung, P. Bangka, P. Singkep, dan P. Lingga.
Litologi penyusun pada basemen pra-Tersier di Sub Cekungan Jambi yang diwakili oleh
litologi di sumur JSB-3 adalah andesit, di sumur JSB-4 granit sedangkan di sumur JSB-6
granodiorit. Pembekuan magma di daerah penelitian mencerminkan mekanisme
kristalisasi fraksionasi dengan adanya tekstur porfiritik dan glomeroporfiritik (di sumur
JSB-3), serta adanya proses percampuran magma dalam generasi magma yang tercermin
dari ketidakseimbangan tekstur dalam plagioklas.
Dari hasil analisis kimia menunjukkan sifat menengah – asam, kalk alkalin, medium –
high K, metaluminous dan berhubungan dengan zona subduksi (orogen) pada tepian
benua aktif. Batuan granitoid di JSB-4 dan JSB-6 menunjukkan seri magnetit dengan tipe
I. Granitoid Mesozoikum ini diperkirakan merupakan perluasan dari provinsi granit dari
Thailand dan Burma, yang menguatkan pernyataan bahwa telah terjadi magmatisme yang
berhubungan dengan subduksi sepanjang tepi baratdaya Sundaland sejak permulaan
Mesozoikum.
Alterasi hidrotermal yang terjadi pada batuan di sumur JSB-3, JSB-4 dan JSB-6 memiliki
intensitas lemah sampai kuat. Dari pengamatan mikroskopis, alterasi yang terjadi
umumnya melalui proses penggantian/replacement mineral-mineral primer yang disertai
dengan proses pengisian pori ataupun rekahan oleh mineral sekunder. Tipe alterasi/zonasi
alterasi menunjukkan outer/sub propilitik – filik dan berdasarkan episodenya didapatkan
dua himpunan mineral alterasi yaitu pembentukan himpunan mineral klorit – ilit – kalsit
pada episode 1 dan pembentukan himpunan mineral serisit ± kuarsa pada episode 2.
Porositas sekunder yang dihasilkan merupakan hasil dari proses pelarutan terhadap
mineral penyusun batuan terutama mineral sekunder dan porositas yang dihasilkan dari
rekahan kosong yang di beberapa tempat berasosiasi dengan rekahan yang sebagian terisi.
Secara umum intensitas dari alterasi berpengaruh terhadap porositas sekunder pelarutan
yang dihasilkan, dimana dengan meningkatnya intensitas alterasi yang mengganti mineral
primer porositas sekunder pelarutan juga meningkat. Selain intensitas alterasi, tipe
mineral alterasi yang dihasilkan juga berpengaruh terhadap porositas sekunder pelarutan
dari batuan.
Rekahan yang terbentuk pada batuan di daerah penelitian minimal terjadi dalam tiga
kejadian yang berbeda. Porositas yang dihasilkan dari rekahan didominasi oleh rekahan
kosong yang terbentuk pada fase/kejadian terakhir (ketiga) sedangkan pada fase-fase
sebelumnya rekahan ini telah terisi mineral sekunder karbonat (kalsit dan dolomit),
serisit, kuarsa, klorit dan mineral opak.
Perpustakaan Digital ITB