Sesar Lembang merupakan sesar aktif yang berjarak sekitar 12 km di utara Kota
Bandung. Keberadaan Sesar Lembang memberikan potensi bahaya gempa di
wilayah Bandung dan sekitarnya. Berdasarkan data katalog gempa, tercatat
kejadian gempa pada tahun 2011 yang berdampak pada sejumlah bangunan rumah
tinggal di Kecamatan Cisarua, Lembang. Potensi bahaya gempa dipengaruhi oleh
kondisi lapisan tanah yang berperan sebagai media hantaran gelombang gempa.
Kondisi lapisan tanah dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan metode
geofisika, salah satunya adalah metode Horizontal to Vertikal Spectral Ratio
(HVSR). Perhitungan kurva HVSR menggunakan prinsip Transformasi Fourier
(TF) untuk mendapatkan spektrum frekuensi dalam menghitung perbandingan
spektral pada komponen horizontal dan vertikal. Kombinasi sinyal basis sinusoidal
dan stasioner dapat digunakan, namun transformasi ini masih memiliki
keterbatasan, salah satunya adalah ketidakmampuan untuk menghilangkan noise
lokal pada rekaman mikrotremor. Untuk itu, pada studi ini akan diterapkan prinsip
Hilbert Huang Transform (HHT) untuk mendapatkan kurva HVSR. Hasil kurva
HVSR dibandingkan dengan transformasi Fourier untuk melihat hasil penerapan
Hilbert Huang Transform menunjukkan bahwa frekuensi dominan berada direntang
0,1-8 Hz. Nilai frekuensi yang diperoleh relatif rendah, dan dapat diinterpretasikan
bahwa potensi bahaya yang relatif tinggi di sekitar Kabupaten Bandung Barat
tepatnya di sekitar sesar Lembang. Begitu juga halnya dengan faktor amplifikasi
tinggi berada di daerah Parongpong, Cisarua dan Ngamprah hal tersebut
mengindikasikan bahwa potensi bahaya gempa yang signifikan. Berdasarkan nilai
Vs30 yang diperoleh antara 32,6 m/det – 186,7 m/det, maka dapat disimpulkan
bahwa lapisan batuan bawah permukaan di daerah penelitian didominasi oleh
lapisan lunak dan memberikan gambaran tentang potensi bahaya gempa yang relatif
tinggi.