digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Analisis biostratigrafi berdasarkan nannofosil dan foraminifera telah dilakukan terhadap penampang sedimen Formasi Ngimbang Sumur “A”, “B” dan “C” dengan metode kuantitatif. Interval pengambilan perconto yang berupa serbuk bor ditentukan secara sistematis, dan keseluruhan perconto diproses dengan metode preparasi standar yang konsisten. Hasil analisis biostratigrafi yang diintegrasikan dengan data Log Sumuran (litologi dan GR) kemudian digunakan untuk analisis sikuenstratigrafi. Sedimen Formasi Ngimbang daerah penelitian secara umum terletak antara zona nannofosil Sphenolithus predistentus-Helicosphaera intermedia (tidak lebih tua dari NP17-NP19a) sampai zona Sphenolithus ciperoensis-Sphenolithus distentus (NP24), sedangkan berdasarkan zona foraminifera plangtonik terletak antara zona Globigerina ampliapertura-Globorotalia cerroazulensis dan ?lebih tua (P17 dan ?lebih tua) sampai zona Globorotalia opima opima (P21). Ini berarti Formasi Ngimbang berumur Eosen Tengah bagian atas sampai Oligosen Akhir. Dari sembilan (9) biomarker zona nannofosil yang dapat diidentifikasi, empat (4) diantaranya merupakan biomarker zonasi Martini (1971), yaitu kemunculan awal Sphenolithus pseudoradians, kemunculan akhir Reticulofenestra umbilica, kemunculan awal Sphenolithus ciperoensis dan kemunculan akhir Sphenolithus distentus. Lima (5) biomarker lainnya merupakan biomarker pengganti atau tambahan untuk memperhalus resolusi kerangka zonasi, yaitu kemunculan awal Helicosphaera intermedia, kemunculan akhir Cribrocentrum reticulatum, kemunculan akhir Discoaster barbadiensis, kemunculan akhir Ericsonia formosa dan kemunculan akhir Sphenolithus ciperoensis. Sementara pada zonasi Foraminifera plangtonik, dari total tujuh biomarker yang dapat diidentifikasi, hanya satu biomarker zonasi Blow (1969) yang dapat diaplikasikan secara efektif, yaitu kemunculan awal Globigerina sellii. Selebihnya merupakan biomarker pengganti yang korelatif, yaitu kemunculan awal Globigerina ampliapertura, kemunculan akhir Turborotalia cerroazulensis, kemunculan akhir globigerina tapuriensis, kemunculan awal Globorotalia opima opima, kemunculan akhir Globorotalia opima opima dan kemunculan akhir Globigerina ciperoensis angulisuturalis. Sedimen Formasi Ngimbang diendapkan pada kisaran lingkungan antara supralitoral sampai bathyal atas-tengah. Pada endapan tersebut berhasil diidentifikasi 4 MFS (maximum flooding surface) dan 5 SB (batas sikuen) dari 5 unit sikuen. MFS diidentifikasi berdasarkan data maksimum kelimpahan dan/atau keragaman mikrofosil serta komposisi kumpulan foraminifera bentonik yang mengindikasikan lingkungan pengendapan dengan kedalaman maksimum dalam satu unit sikuen. Batas sikuen (SB) diidentifikasi berdasarkan data: kontak antara batuan dasar dengan sedimen Formasi Ngimbang (SB-1), ketidakmenerusan biostratigrafi (SB-2), serta integrasi data yang meliputi pendangkalan secara menyolok lingkungan pengendapan, keberadaan fosil rombakan, pencampuran foraminifera bentonik lingkungan laut lebih dalam pada kumpulan foraminifera laut lebih dangkal yang insitu dan keragaman dan kelimpahan mikrofosil insitu yang menurun (SB-3, SB-4 dan SB-5). Sikuen umumnya disusun oleh endapan TST dan HST. Endapan LST diperkirakan hanya terdapat pada Sikuen-4 penampang Sumur “B”.