Analisis biostratigrafi berdasarkan nannofosil dan foraminifera telah dilakukan terhadap
penampang sedimen Formasi Ngimbang Sumur “A”, “B” dan “C” dengan metode
kuantitatif. Interval pengambilan perconto yang berupa serbuk bor ditentukan secara
sistematis, dan keseluruhan perconto diproses dengan metode preparasi standar yang
konsisten. Hasil analisis biostratigrafi yang diintegrasikan dengan data Log Sumuran
(litologi dan GR) kemudian digunakan untuk analisis sikuenstratigrafi.
Sedimen Formasi Ngimbang daerah penelitian secara umum terletak antara zona
nannofosil Sphenolithus predistentus-Helicosphaera intermedia (tidak lebih tua dari
NP17-NP19a) sampai zona Sphenolithus ciperoensis-Sphenolithus distentus (NP24),
sedangkan berdasarkan zona foraminifera plangtonik terletak antara zona Globigerina
ampliapertura-Globorotalia cerroazulensis dan ?lebih tua (P17 dan ?lebih tua) sampai
zona Globorotalia opima opima (P21). Ini berarti Formasi Ngimbang berumur Eosen
Tengah bagian atas sampai Oligosen Akhir.
Dari sembilan (9) biomarker zona nannofosil yang dapat diidentifikasi, empat (4)
diantaranya merupakan biomarker zonasi Martini (1971), yaitu kemunculan awal
Sphenolithus pseudoradians, kemunculan akhir Reticulofenestra umbilica, kemunculan
awal Sphenolithus ciperoensis dan kemunculan akhir Sphenolithus distentus. Lima (5)
biomarker lainnya merupakan biomarker pengganti atau tambahan untuk memperhalus
resolusi kerangka zonasi, yaitu kemunculan awal Helicosphaera intermedia,
kemunculan akhir Cribrocentrum reticulatum, kemunculan akhir Discoaster
barbadiensis, kemunculan akhir Ericsonia formosa dan kemunculan akhir Sphenolithus
ciperoensis. Sementara pada zonasi Foraminifera plangtonik, dari total tujuh biomarker
yang dapat diidentifikasi, hanya satu biomarker zonasi Blow (1969) yang dapat
diaplikasikan secara efektif, yaitu kemunculan awal Globigerina sellii. Selebihnya
merupakan biomarker pengganti yang korelatif, yaitu kemunculan awal Globigerina
ampliapertura, kemunculan akhir Turborotalia cerroazulensis, kemunculan akhir
globigerina tapuriensis, kemunculan awal Globorotalia opima opima, kemunculan akhir
Globorotalia opima opima dan kemunculan akhir Globigerina ciperoensis
angulisuturalis.
Sedimen Formasi Ngimbang diendapkan pada kisaran lingkungan antara supralitoral
sampai bathyal atas-tengah. Pada endapan tersebut berhasil diidentifikasi 4 MFS
(maximum flooding surface) dan 5 SB (batas sikuen) dari 5 unit sikuen. MFS
diidentifikasi berdasarkan data maksimum kelimpahan dan/atau keragaman mikrofosil
serta komposisi kumpulan foraminifera bentonik yang mengindikasikan lingkungan
pengendapan dengan kedalaman maksimum dalam satu unit sikuen. Batas sikuen (SB)
diidentifikasi berdasarkan data: kontak antara batuan dasar dengan sedimen Formasi
Ngimbang (SB-1), ketidakmenerusan biostratigrafi (SB-2), serta integrasi data yang
meliputi pendangkalan secara menyolok lingkungan pengendapan, keberadaan fosil
rombakan, pencampuran foraminifera bentonik lingkungan laut lebih dalam pada
kumpulan foraminifera laut lebih dangkal yang insitu dan keragaman dan kelimpahan
mikrofosil insitu yang menurun (SB-3, SB-4 dan SB-5). Sikuen umumnya disusun oleh
endapan TST dan HST. Endapan LST diperkirakan hanya terdapat pada Sikuen-4
penampang Sumur “B”.
Perpustakaan Digital ITB