Ekstraksi gigi molar ketiga adalah prosedur pembedahan yang sangat umum
dilakukan oleh spesialis bedah mulut dan maksilofasial. Keterampilan dan pelatihan
yang ekstensif diperlukan untuk mengurangi komplikasi yang mungkin timbul
selama atau setelah operasi. Pemberian antibiotik profilaksis bertujuan untuk
mempertahankan lingkungan luka pasca operasi. Ketidaktepatan pemberian
antibiotik profilaksis berisiko menyebabkan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO).
Analisis masalah terkait obat atau Drug Related Problem (DRP) pada penggunaan
antibiotik profilaksis dapat dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode
Gyssens dan secara kuantitatif menggunakan metode Anatomy Therapeutic
Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) untuk mengetahui nilai DDD dan Drug
Utilization (DU) 90%. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penggunaan
antibiotik profilaksis pada tindakan pembedahan, menganalisis pengaruh
penggunaan antibiotik profilaksis terhadap kejadian ILO, serta membandingkan
kejadian ILO pada pada pasien dengan pemberian antibiotik profilaksis dengan
pasien tanpa pemberian antibiotik profilaksis. Penelitian dilakukan secara
retrospektif dengan pengambilan sampel data rekam medis pasien yang mengalami
tindakan pembedahan gigi molar ketiga pada bulan Maret 2021 – Maret 2022. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 15,64% data rekam medis dengan penggunaan
antibiotik yang tepat dan terdapat 84,36% dengan ketidaktepatan waktu pemberian.
Berdasarkan hasil perhitungan DDD, amoksisilin dan seftriakson merupakan
antibiotik profilaksis yang paling banyak diberikan dan termasuk ke dalam segmen
DU 90%, yang artinya 90% penggunaan antibiotik profilaksis adalah amoksisilin
dan seftriakson. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat pasien yang mengalami
ILO yang diberikan antibiotik maupun tidak diberikan/tanpa antibiotik.