digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gyrinops versteegii merupakan tanaman penghasil gaharu yang paling banyak terdapat di Indonesia. Untuk memproduksi gaharu, G. versteegii harus diberikan cekaman berupa induksi mikroorganisme endofit. Saat ini, produksi senyawa gaharu cukup terhambat karena spesies yang dilindungi dan proses pembentukannya yang mencapai puluhan tahun. Alternatif produksi senyawa gaharu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah kultur in vitro. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh variasi konsentrasi elisitor berupa homogenat miselium Fusarium oxysporum terhadap perolehan dan profil senyawa gaharu dari kalus G. versteegii yang dikultivasi secara in vitro. Kalus G. versteegii dikultivasi pada media MS cair dengan setengah konsentrasi komponennya untuk dianalisis pertumbuhannya. Laju pertumbuhan spesifik dan doubling time kalus diperoleh sebesar 0,053 hari-1 dan 13,063 hari. Kurva tumbuh kalus menunjukkan fase stasioner yang dimulai pada hari ke-10 sebagai basis waktu pemberian elisitor. Kalus kemudian dikultivasi dengan metode yang sama selama 20 hari. Elisitor homogenat miselium diberikan pada hari ke-10 dengan konsentrasi 0 mg/L (kontrol), 4 mg/L, 8 mg/L, dan 16 mg/L. Sampel yang dielisitasi menghasilkan perolehan senyawa gaharu yang lebih tinggi dengan perolehan tertinggi sebesar 3,795% pada konsentrasi homogenat miselium 8 mg/L. Pasca perlakuan elisitasi, kalus memiliki tekstur yang kompak, kadar air di atas 90%, serta warna yang semakin gelap seiring dengan peningkatan konsentrasi homogenat miselium. Profil senyawa gaharu dari sampel 8 mg/L dianalisis dengan metode GC-MS. Kandungan senyawa dominan yang diperoleh adalah hexanedioic acid, dioctyl ester. Sampel 8 mg/L juga menghasilkan produktivitas senyawa gaharu tertinggi sebesar 0,0028 g/L.hari. Berdasarkan hasil penelitian, elisitor homogenat miselium F. oxysporum mampu meningkatkan jumlah dan ragam jenis kandungan metabolit sekunder sehingga menimbulkan aroma pada senyawa gaharu dari kalus G. versteegii.