Gyrinops versteegii merupakan tanaman penghasil gaharu yang paling banyak
terdapat di Indonesia. Untuk memproduksi gaharu, G. versteegii harus diberikan
cekaman berupa induksi mikroorganisme endofit. Saat ini, produksi senyawa
gaharu cukup terhambat karena spesies yang dilindungi dan proses
pembentukannya yang mencapai puluhan tahun. Alternatif produksi senyawa
gaharu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah kultur in vitro. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan pengaruh variasi konsentrasi elisitor berupa
homogenat miselium Fusarium oxysporum terhadap perolehan dan profil senyawa
gaharu dari kalus G. versteegii yang dikultivasi secara in vitro. Kalus G. versteegii
dikultivasi pada media MS cair dengan setengah konsentrasi komponennya untuk
dianalisis pertumbuhannya. Laju pertumbuhan spesifik dan doubling time kalus
diperoleh sebesar 0,053 hari-1 dan 13,063 hari. Kurva tumbuh kalus menunjukkan
fase stasioner yang dimulai pada hari ke-10 sebagai basis waktu pemberian elisitor.
Kalus kemudian dikultivasi dengan metode yang sama selama 20 hari. Elisitor
homogenat miselium diberikan pada hari ke-10 dengan konsentrasi 0 mg/L
(kontrol), 4 mg/L, 8 mg/L, dan 16 mg/L. Sampel yang dielisitasi menghasilkan
perolehan senyawa gaharu yang lebih tinggi dengan perolehan tertinggi sebesar
3,795% pada konsentrasi homogenat miselium 8 mg/L. Pasca perlakuan elisitasi,
kalus memiliki tekstur yang kompak, kadar air di atas 90%, serta warna yang
semakin gelap seiring dengan peningkatan konsentrasi homogenat miselium. Profil
senyawa gaharu dari sampel 8 mg/L dianalisis dengan metode GC-MS. Kandungan
senyawa dominan yang diperoleh adalah hexanedioic acid, dioctyl ester. Sampel 8
mg/L juga menghasilkan produktivitas senyawa gaharu tertinggi sebesar 0,0028
g/L.hari. Berdasarkan hasil penelitian, elisitor homogenat miselium F. oxysporum
mampu meningkatkan jumlah dan ragam jenis kandungan metabolit sekunder
sehingga menimbulkan aroma pada senyawa gaharu dari kalus G. versteegii.